ketika berbicara tentang kehidupan, banyak hal yang bakalan terbesit di kepala. karena Tuhan menciptakan setiap manusia dengan kadar berbeda - beda, ya wajarlah ketika jawaban dan orientasi yang diberikan berbeda - beda.
kehidupan dimulai ketika kita pertama kali ditiupkan ruh saat dalam kandungan, di kandungan seorang Ibu pastinya. di saat masa - masa prenatal itulah sebenarnya masa dimana kita terikat oleh sebuah janji yang luar biasa dengan Sang Pencipta. mudanya kita berjanji untuk setia dengan agama dan aturan Allah SWT. Ingatkah? No one remembered it, of course!
masa, dimana kita bisa menghirup udara segar dunia yang tiada kata pembanding. ingatkah? apa yang kita lakukan? kita menangis, karena apa? karena ada amanah dan janji luar biasa yang harus tetap dijaga hingga raga ini harus kembali epada Sang Pencipta. Luar biasa beratnya itulah yang membuat kita menangis, sebuah amanah yang kangsung Allah SWT berikan kepada kita. *cerita yang selalu saya ingat dari ustadz mengaji saya.
ketika kaki menginjakkan di bangku kecil penuh warna, TK. tiada kesan yang cukup berarti, tiada rasa yang cukup membekas. Mungkin hanya warna tawa dan candaan yang berakhir pada sebuah tangisan anak - anak yang saya ingat. uang saku yang sehari cuman 200 perak kala itu, yeah, tahun 2000-an yang kedua orang tua saya masih perlu bekerja di sawah untuk membelikan saya ini dan itu disamping kerjaanya sebagai pegawai honorer di sebuah sekolah menegah pertama islam.
lanjut pada kisah SD, yang tertoreh adalah masa anak - anak dengan dunia bermain luar biasa, dunia ke-egoisan yang luar biasa pula.tanpa perlu takut berkotor - kotoran. Masa dimana saya pernah merasakan cinta monyet hahaha *skip. Masa dimana aku merindukan sate ayam bapak karena aku mendapat peringkat tiga di kelas. sebuah kesederhanaan bersama bapak dan ibu saya, sebuah cinta dan kasih sayang yang selalu mereka berikan meskipun saya terlalu sering tidur dirumah tetangga :)
dan kakipun mulai melanjutkan jenjang pendidikan. Masa SMP, masa dimana aku mulai mengenal ilmu - ilmu yang semakin tinggi, waktu dimana aku selalu menjadi pusat pujian ketika KBM berlangsung, masa dimana selama 3 tahun aku selalu mendapatkan juara paralel se-angkatan. disamoing kejayaan - kejayaan itu, SMP juga menorehkan cerita rumit yang terlalu menyakitkan. Masa SMP adalah masa dimana dengan ilmu tinggi yang Allah titipkan kepadaku seakan tak ada gunanya karena buruknya Akhlaq yang aku miliki. Ke-egoisan yang aku miliki kala itu seolah membuat dunia 3 tahunku itu tak membekas kebahagiaan sama sekali. ke-egoisan yang menghancurkan persahabatan, ke-egoisan yang menghancurkan nilai - nilaiku. Jikalau itu adalah sebuah kertas yang penuh dengan coretan, aku ingin membeli penghapus, untuk apa? yang pasti untuk menghapus cerita yang dulu pernah ada. But it's so imposible. Intinya masa SMP adalah masa dimana aku masih beum bisa menempatkan tingginya Ilmu yang Allah titipkan kepadaku pada tempat yang seharusnya.
Bergulir, merantau ke luar kota dimana aku dilahirkan. Jombang, kota yang seolah menjadi saksi bisu perjuangan hidupku. Masa 3 tahun putih abu - abu aku habiskan di kota itu. Tepatnya disebuah yayasan pesantren Darul Ulum. DU menyisakan kenangan yang luar biasa, menitipkan ilmu - ilmu yang luar biasa pula. Disitu seakan aku menemukan aku yang sesungguhnya. Siapakah aku dan harus kemanakah aku, terjawab disitu. Aku banyak belajar tentang arti kehidupan, arti keluarga, arti persahabatan, arti ilmu yang harus aku amalkan, arti sebuah Agama yang selama ini selalu aku cantumkan d biodata lengkapku. Dan masa perjuangan SMA mengantarkan aku pada kehidupan yang sebenarnya indah dan kedamaian jika kita bisa merasakanya. Dan bagaimana cara dan rasanya itulah yang aku dapatkan di Darul Ulum. Nasihat luar biasa, guru, teman dan lingkungan yang luar biasa aku rasakan. Dan semua hal itulah yang mengubah cara berfikirku. Intinya Masa ini adalah masa dimana aku mengerti dan memahami, bagaimana aku menempatkan tingginya Ilmu yang Allah titipka ke tempat yang semestinya. Aku tak pernah bosan - bosan membagikan apa yang aku ketahui, apa yang aku bisa kepada teman lain yang sekiranya aku tahu belum bisa. Allah seperti memberikan isyarat disetiap langkah yang aku jalani, dan selalu membekas dalam hatiku adalah sebuah kalimat "sebaik - baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain." Aku tak pernah ingin pujian terlontar dari mulut orang lain, tapi aku hanya ingin selalu dicintai Rabku, Rab yang telah menciptakanku dan menuntun hidupku setiap saat. Aku ingin selalu merasakan bahwa tiada jarak antara aku dengan yang teah menciptakanku.
kehidupanku berlanjut di bangku perkuliahan. Bukan lagi siswa, tapi seorang Mahasiswa. Awal aku masuk di kampus biru ini banyak sekali goncangan jiwa yang aku rasakan. Gejolak hati tentang ilmu sosial yang kau pelajari. aku bukanlah seseorang yang datang dengan basic ilmu sosial, tapi basic ilmu kuantitatif. Adaptasi dari berbagai segi dan cara harus aku hadapi dan rasakan. Menangis dan merasa frustasi tak jarang aku rasakan, tapi seakan Allah mengirimkan sosok2 yang bisa membuat aku tetap bisa bertahan disini *Thaks God. Masa Perkuliahan kali ini adalah masa dimana aku bukan lagi sosok bintang yang selalu dipuji seantero isi sekolah, selalu disebut namanya ketika ada permasalahan yang timbul saat KBM berlangsung. Karena hal itulah hati ini terus menerus tertekan dan terguncang. Namun akhir2 ini ada rasa yang mulai aku bisa menarik sedikit demi sedikit kenapa Allah mengirim aku ke Kota ini.
Sering terlamun dalam sebuah renungan akhir2 ini, dan benang merah mulai terlihat terangnya. Masa SMP adalah masa dimana dengan tingginya ilmu yang aku punya aku tidak tau cara menempatkan ilmu itu, dan akupun tak tau arti penting sebuah pengalaman ilmu. Masa SMA sebaliknya, aku bisa menempatkan dan mengamalkan tingginya ilmu yang Allah titipkan, tentunya dengan sebuah keikhlasan dan hikmah yang luar biasa. Masa Mahasiswa ini berbeda, masa dimana aku tak lagi menjadi seorang bintang, seolah Allah menitipkan sebuah pesan yang aku rasakan akhir - akhir ini.
"Belajarlah di kota ini, belajarlah merasakan bagaimana kamu seharusnya ketika berada dibawah, belajar bertahan, belajar menahan amarah, belajar ikhlas menerima segala hasil ketawakalan, dan belajar untuk tetap mengamalkan ilmu yang biasa - biasa saja itu kepada orang lain."
Hanya untuk sebuah kemanfaatan dan keberkahan hidup. Hanya untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang haqiqi bersama yang haqiqi tentunya.
------tiada niat untuk meriakkan diri, hanya ingin berbagi rasa yang selalu penulis rasakan.
:)
#tunggu kelanjutan ceritanya yah!
Foodcourt STKS, 11 Maret 2014, FRH :)
Rabu, 12 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 12 Maret 2014
ketika waktu sedikit berbagi
ketika berbicara tentang kehidupan, banyak hal yang bakalan terbesit di kepala. karena Tuhan menciptakan setiap manusia dengan kadar berbeda - beda, ya wajarlah ketika jawaban dan orientasi yang diberikan berbeda - beda.
kehidupan dimulai ketika kita pertama kali ditiupkan ruh saat dalam kandungan, di kandungan seorang Ibu pastinya. di saat masa - masa prenatal itulah sebenarnya masa dimana kita terikat oleh sebuah janji yang luar biasa dengan Sang Pencipta. mudanya kita berjanji untuk setia dengan agama dan aturan Allah SWT. Ingatkah? No one remembered it, of course!
masa, dimana kita bisa menghirup udara segar dunia yang tiada kata pembanding. ingatkah? apa yang kita lakukan? kita menangis, karena apa? karena ada amanah dan janji luar biasa yang harus tetap dijaga hingga raga ini harus kembali epada Sang Pencipta. Luar biasa beratnya itulah yang membuat kita menangis, sebuah amanah yang kangsung Allah SWT berikan kepada kita. *cerita yang selalu saya ingat dari ustadz mengaji saya.
ketika kaki menginjakkan di bangku kecil penuh warna, TK. tiada kesan yang cukup berarti, tiada rasa yang cukup membekas. Mungkin hanya warna tawa dan candaan yang berakhir pada sebuah tangisan anak - anak yang saya ingat. uang saku yang sehari cuman 200 perak kala itu, yeah, tahun 2000-an yang kedua orang tua saya masih perlu bekerja di sawah untuk membelikan saya ini dan itu disamping kerjaanya sebagai pegawai honorer di sebuah sekolah menegah pertama islam.
lanjut pada kisah SD, yang tertoreh adalah masa anak - anak dengan dunia bermain luar biasa, dunia ke-egoisan yang luar biasa pula.tanpa perlu takut berkotor - kotoran. Masa dimana saya pernah merasakan cinta monyet hahaha *skip. Masa dimana aku merindukan sate ayam bapak karena aku mendapat peringkat tiga di kelas. sebuah kesederhanaan bersama bapak dan ibu saya, sebuah cinta dan kasih sayang yang selalu mereka berikan meskipun saya terlalu sering tidur dirumah tetangga :)
dan kakipun mulai melanjutkan jenjang pendidikan. Masa SMP, masa dimana aku mulai mengenal ilmu - ilmu yang semakin tinggi, waktu dimana aku selalu menjadi pusat pujian ketika KBM berlangsung, masa dimana selama 3 tahun aku selalu mendapatkan juara paralel se-angkatan. disamoing kejayaan - kejayaan itu, SMP juga menorehkan cerita rumit yang terlalu menyakitkan. Masa SMP adalah masa dimana dengan ilmu tinggi yang Allah titipkan kepadaku seakan tak ada gunanya karena buruknya Akhlaq yang aku miliki. Ke-egoisan yang aku miliki kala itu seolah membuat dunia 3 tahunku itu tak membekas kebahagiaan sama sekali. ke-egoisan yang menghancurkan persahabatan, ke-egoisan yang menghancurkan nilai - nilaiku. Jikalau itu adalah sebuah kertas yang penuh dengan coretan, aku ingin membeli penghapus, untuk apa? yang pasti untuk menghapus cerita yang dulu pernah ada. But it's so imposible. Intinya masa SMP adalah masa dimana aku masih beum bisa menempatkan tingginya Ilmu yang Allah titipkan kepadaku pada tempat yang seharusnya.
Bergulir, merantau ke luar kota dimana aku dilahirkan. Jombang, kota yang seolah menjadi saksi bisu perjuangan hidupku. Masa 3 tahun putih abu - abu aku habiskan di kota itu. Tepatnya disebuah yayasan pesantren Darul Ulum. DU menyisakan kenangan yang luar biasa, menitipkan ilmu - ilmu yang luar biasa pula. Disitu seakan aku menemukan aku yang sesungguhnya. Siapakah aku dan harus kemanakah aku, terjawab disitu. Aku banyak belajar tentang arti kehidupan, arti keluarga, arti persahabatan, arti ilmu yang harus aku amalkan, arti sebuah Agama yang selama ini selalu aku cantumkan d biodata lengkapku. Dan masa perjuangan SMA mengantarkan aku pada kehidupan yang sebenarnya indah dan kedamaian jika kita bisa merasakanya. Dan bagaimana cara dan rasanya itulah yang aku dapatkan di Darul Ulum. Nasihat luar biasa, guru, teman dan lingkungan yang luar biasa aku rasakan. Dan semua hal itulah yang mengubah cara berfikirku. Intinya Masa ini adalah masa dimana aku mengerti dan memahami, bagaimana aku menempatkan tingginya Ilmu yang Allah titipka ke tempat yang semestinya. Aku tak pernah bosan - bosan membagikan apa yang aku ketahui, apa yang aku bisa kepada teman lain yang sekiranya aku tahu belum bisa. Allah seperti memberikan isyarat disetiap langkah yang aku jalani, dan selalu membekas dalam hatiku adalah sebuah kalimat "sebaik - baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain." Aku tak pernah ingin pujian terlontar dari mulut orang lain, tapi aku hanya ingin selalu dicintai Rabku, Rab yang telah menciptakanku dan menuntun hidupku setiap saat. Aku ingin selalu merasakan bahwa tiada jarak antara aku dengan yang teah menciptakanku.
kehidupanku berlanjut di bangku perkuliahan. Bukan lagi siswa, tapi seorang Mahasiswa. Awal aku masuk di kampus biru ini banyak sekali goncangan jiwa yang aku rasakan. Gejolak hati tentang ilmu sosial yang kau pelajari. aku bukanlah seseorang yang datang dengan basic ilmu sosial, tapi basic ilmu kuantitatif. Adaptasi dari berbagai segi dan cara harus aku hadapi dan rasakan. Menangis dan merasa frustasi tak jarang aku rasakan, tapi seakan Allah mengirimkan sosok2 yang bisa membuat aku tetap bisa bertahan disini *Thaks God. Masa Perkuliahan kali ini adalah masa dimana aku bukan lagi sosok bintang yang selalu dipuji seantero isi sekolah, selalu disebut namanya ketika ada permasalahan yang timbul saat KBM berlangsung. Karena hal itulah hati ini terus menerus tertekan dan terguncang. Namun akhir2 ini ada rasa yang mulai aku bisa menarik sedikit demi sedikit kenapa Allah mengirim aku ke Kota ini.
Sering terlamun dalam sebuah renungan akhir2 ini, dan benang merah mulai terlihat terangnya. Masa SMP adalah masa dimana dengan tingginya ilmu yang aku punya aku tidak tau cara menempatkan ilmu itu, dan akupun tak tau arti penting sebuah pengalaman ilmu. Masa SMA sebaliknya, aku bisa menempatkan dan mengamalkan tingginya ilmu yang Allah titipkan, tentunya dengan sebuah keikhlasan dan hikmah yang luar biasa. Masa Mahasiswa ini berbeda, masa dimana aku tak lagi menjadi seorang bintang, seolah Allah menitipkan sebuah pesan yang aku rasakan akhir - akhir ini.
"Belajarlah di kota ini, belajarlah merasakan bagaimana kamu seharusnya ketika berada dibawah, belajar bertahan, belajar menahan amarah, belajar ikhlas menerima segala hasil ketawakalan, dan belajar untuk tetap mengamalkan ilmu yang biasa - biasa saja itu kepada orang lain."
Hanya untuk sebuah kemanfaatan dan keberkahan hidup. Hanya untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang haqiqi bersama yang haqiqi tentunya.
------tiada niat untuk meriakkan diri, hanya ingin berbagi rasa yang selalu penulis rasakan.
:)
#tunggu kelanjutan ceritanya yah!
Foodcourt STKS, 11 Maret 2014, FRH :)
kehidupan dimulai ketika kita pertama kali ditiupkan ruh saat dalam kandungan, di kandungan seorang Ibu pastinya. di saat masa - masa prenatal itulah sebenarnya masa dimana kita terikat oleh sebuah janji yang luar biasa dengan Sang Pencipta. mudanya kita berjanji untuk setia dengan agama dan aturan Allah SWT. Ingatkah? No one remembered it, of course!
masa, dimana kita bisa menghirup udara segar dunia yang tiada kata pembanding. ingatkah? apa yang kita lakukan? kita menangis, karena apa? karena ada amanah dan janji luar biasa yang harus tetap dijaga hingga raga ini harus kembali epada Sang Pencipta. Luar biasa beratnya itulah yang membuat kita menangis, sebuah amanah yang kangsung Allah SWT berikan kepada kita. *cerita yang selalu saya ingat dari ustadz mengaji saya.
ketika kaki menginjakkan di bangku kecil penuh warna, TK. tiada kesan yang cukup berarti, tiada rasa yang cukup membekas. Mungkin hanya warna tawa dan candaan yang berakhir pada sebuah tangisan anak - anak yang saya ingat. uang saku yang sehari cuman 200 perak kala itu, yeah, tahun 2000-an yang kedua orang tua saya masih perlu bekerja di sawah untuk membelikan saya ini dan itu disamping kerjaanya sebagai pegawai honorer di sebuah sekolah menegah pertama islam.
lanjut pada kisah SD, yang tertoreh adalah masa anak - anak dengan dunia bermain luar biasa, dunia ke-egoisan yang luar biasa pula.tanpa perlu takut berkotor - kotoran. Masa dimana saya pernah merasakan cinta monyet hahaha *skip. Masa dimana aku merindukan sate ayam bapak karena aku mendapat peringkat tiga di kelas. sebuah kesederhanaan bersama bapak dan ibu saya, sebuah cinta dan kasih sayang yang selalu mereka berikan meskipun saya terlalu sering tidur dirumah tetangga :)
dan kakipun mulai melanjutkan jenjang pendidikan. Masa SMP, masa dimana aku mulai mengenal ilmu - ilmu yang semakin tinggi, waktu dimana aku selalu menjadi pusat pujian ketika KBM berlangsung, masa dimana selama 3 tahun aku selalu mendapatkan juara paralel se-angkatan. disamoing kejayaan - kejayaan itu, SMP juga menorehkan cerita rumit yang terlalu menyakitkan. Masa SMP adalah masa dimana dengan ilmu tinggi yang Allah titipkan kepadaku seakan tak ada gunanya karena buruknya Akhlaq yang aku miliki. Ke-egoisan yang aku miliki kala itu seolah membuat dunia 3 tahunku itu tak membekas kebahagiaan sama sekali. ke-egoisan yang menghancurkan persahabatan, ke-egoisan yang menghancurkan nilai - nilaiku. Jikalau itu adalah sebuah kertas yang penuh dengan coretan, aku ingin membeli penghapus, untuk apa? yang pasti untuk menghapus cerita yang dulu pernah ada. But it's so imposible. Intinya masa SMP adalah masa dimana aku masih beum bisa menempatkan tingginya Ilmu yang Allah titipkan kepadaku pada tempat yang seharusnya.
Bergulir, merantau ke luar kota dimana aku dilahirkan. Jombang, kota yang seolah menjadi saksi bisu perjuangan hidupku. Masa 3 tahun putih abu - abu aku habiskan di kota itu. Tepatnya disebuah yayasan pesantren Darul Ulum. DU menyisakan kenangan yang luar biasa, menitipkan ilmu - ilmu yang luar biasa pula. Disitu seakan aku menemukan aku yang sesungguhnya. Siapakah aku dan harus kemanakah aku, terjawab disitu. Aku banyak belajar tentang arti kehidupan, arti keluarga, arti persahabatan, arti ilmu yang harus aku amalkan, arti sebuah Agama yang selama ini selalu aku cantumkan d biodata lengkapku. Dan masa perjuangan SMA mengantarkan aku pada kehidupan yang sebenarnya indah dan kedamaian jika kita bisa merasakanya. Dan bagaimana cara dan rasanya itulah yang aku dapatkan di Darul Ulum. Nasihat luar biasa, guru, teman dan lingkungan yang luar biasa aku rasakan. Dan semua hal itulah yang mengubah cara berfikirku. Intinya Masa ini adalah masa dimana aku mengerti dan memahami, bagaimana aku menempatkan tingginya Ilmu yang Allah titipka ke tempat yang semestinya. Aku tak pernah bosan - bosan membagikan apa yang aku ketahui, apa yang aku bisa kepada teman lain yang sekiranya aku tahu belum bisa. Allah seperti memberikan isyarat disetiap langkah yang aku jalani, dan selalu membekas dalam hatiku adalah sebuah kalimat "sebaik - baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain." Aku tak pernah ingin pujian terlontar dari mulut orang lain, tapi aku hanya ingin selalu dicintai Rabku, Rab yang telah menciptakanku dan menuntun hidupku setiap saat. Aku ingin selalu merasakan bahwa tiada jarak antara aku dengan yang teah menciptakanku.
kehidupanku berlanjut di bangku perkuliahan. Bukan lagi siswa, tapi seorang Mahasiswa. Awal aku masuk di kampus biru ini banyak sekali goncangan jiwa yang aku rasakan. Gejolak hati tentang ilmu sosial yang kau pelajari. aku bukanlah seseorang yang datang dengan basic ilmu sosial, tapi basic ilmu kuantitatif. Adaptasi dari berbagai segi dan cara harus aku hadapi dan rasakan. Menangis dan merasa frustasi tak jarang aku rasakan, tapi seakan Allah mengirimkan sosok2 yang bisa membuat aku tetap bisa bertahan disini *Thaks God. Masa Perkuliahan kali ini adalah masa dimana aku bukan lagi sosok bintang yang selalu dipuji seantero isi sekolah, selalu disebut namanya ketika ada permasalahan yang timbul saat KBM berlangsung. Karena hal itulah hati ini terus menerus tertekan dan terguncang. Namun akhir2 ini ada rasa yang mulai aku bisa menarik sedikit demi sedikit kenapa Allah mengirim aku ke Kota ini.
Sering terlamun dalam sebuah renungan akhir2 ini, dan benang merah mulai terlihat terangnya. Masa SMP adalah masa dimana dengan tingginya ilmu yang aku punya aku tidak tau cara menempatkan ilmu itu, dan akupun tak tau arti penting sebuah pengalaman ilmu. Masa SMA sebaliknya, aku bisa menempatkan dan mengamalkan tingginya ilmu yang Allah titipkan, tentunya dengan sebuah keikhlasan dan hikmah yang luar biasa. Masa Mahasiswa ini berbeda, masa dimana aku tak lagi menjadi seorang bintang, seolah Allah menitipkan sebuah pesan yang aku rasakan akhir - akhir ini.
"Belajarlah di kota ini, belajarlah merasakan bagaimana kamu seharusnya ketika berada dibawah, belajar bertahan, belajar menahan amarah, belajar ikhlas menerima segala hasil ketawakalan, dan belajar untuk tetap mengamalkan ilmu yang biasa - biasa saja itu kepada orang lain."
Hanya untuk sebuah kemanfaatan dan keberkahan hidup. Hanya untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang haqiqi bersama yang haqiqi tentunya.
------tiada niat untuk meriakkan diri, hanya ingin berbagi rasa yang selalu penulis rasakan.
:)
#tunggu kelanjutan ceritanya yah!
Foodcourt STKS, 11 Maret 2014, FRH :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar