Diatas kertas anganku
Kukkuruyuk...
suara si ajik terdengar begitu sumbang pagi ini. Yah ajik adalah ayam jago
kesayangan ayahku. Hingga akupun merasa risih mendengarnya. Lantas akupun
bergegas bangun dari atas badcover tempat aku tidur setiap hari. Kupakai
sendal mickymouse kesayanganku sebagai alas kaki buat aku berjalan menuju kamar
mandi. Lantas akupun masuk ke kamar mandi untuk mandi.
“mah..
ambilin handuk fifi dijemuran luar..” kataku berteriak
“
ia nak.. bentar.., kamu itu selalu saja seperti itu” sahut mamaku agak sedikit
kesal
Setelah
selesai mandi akupun segera mengenakan baju seragam. Atas putih dengan bawahan
rok merah panjang lengkap dengan dasi dan topi.
“mang,
sepeda fifi udah siap?” tanyaku pada mamang Asep. Mamang asep adalah tukang
kebun yang memang sudah lama bekerja dirumahku.
“ia
neng.. ini sudah mamang siapkan” jawab mang Asep.
Yah..
dengan sepeda inilah aku berangkat ke sekolah, karena memang letak sekolahku
tak jauh dari sekolah. Kira-kira hanya 500 meter dari rumah tempat aku
tinggal.Ups.. sampai lupa nii?? Namaku fifi lengkapnya Anisya Mufida, aku
sekarang sedang duduk dikelas 6 SD Islam Darul Falah Bandung.
Teng
teng teng.. bel sekolah sudah berbunyi, padahal aku baru sampai didepan pintu
gerbang sekolah. Bergegas aku masuk dengan berlari sangat kencang ke ruang
kelas VIA. Karena aku ingat kalu hari ini adalah hari Selasa. Hari dimana guru
bahasa Inggris mengajar pada jam pertama. Namanya Pak. Puri, orangnya sangat
tepat waktu dan galak menurutku saat itu.
“braakk!!@#$....
aduuuuh..” teriakku.
“heh..
kalau jalan liat-liat dong kamu” sahut Kaka.
“kamu
itu yang salah.. jalan pakek dengkul” jawabku emosi.
Kamipun
saling bertengkar, karena tabrakan itu. hingga akhirnya Pak Puri keluar dari
ruang kelas dan akhirnya melerai kami.
“kenapa
kalian ? sudah terlambat.. buat keributan juga, Kaka!! Kamu selalu saja membuat
keonaran disekolah” kata Pak Puri.
Kami
berdua hanya bisa tertunduk diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku dan
Kaka. Dan karena kejadian tadi, aku dan Kaka dihukum hormat kepada tiang
bendera selama pelajaran Bahasa Inggris berlangsung.
“kaka,
ini semua salahmu!!!” kataku geram sambil menangis karena aku takut dimarahi
Pak Puri.
“dasar
cengeng, bisanya cumak nangis dan nyalahin orang lain saja” kata Kaka.
Akupun
kesal, dan dengan kejadian ini pula menambahkan kekesalanku dengan Kaka. Kaka
adalah temanku satu sekolah, dia juga kelas enam sepertiku, namun kaka tidak
satu kelas denganku. Kaka kelas VIB sedangkan aku VIA. Dia terkenal nakal&
jahil disekolah. Aku sangat membencinya begitu pula dia. Karena sejak kelas
empat aku sering sekali bertengkar dengan Kaka, dan berlanjut hingga sekarang.
Hari
demi hari, Bulan demi bulanpun berlalu...
Hari
ini hari senin, tepatnya tanggal 12 Februari. Hari ini adalah hari ulang
tahunku. Mama membelikanku kue Ulang tahun untuk dibawa kesekolah dan merayakan
bersama teman-teman satu kelas. Hari yang begitu indah bagiku. Ucapan ”Selamat
Ulang Tahun Fifi” sepertinya tak henti-henti aku dengar, dan banyak sekali
kado-kado indah dari temanku. Aku bahagia sekali hari ini.
“BYUUURRR...”
terdengar suara air mengguyur seseorang didepan kelasku. Sepertinya anak kelas
VIB. Sontak, teman-teman berhamburan keluar untuk melihatnya tak terkecuali
aku.
“Ya
Tuhan.... Va.. kenapa Kaka diguyur kayak gitu? Dia berbuat onar lagi ya? ” aku
berteriak kaget saat bertanya pada Diva temanku.
“haha..
bukan Fi,.. soulmatemu itu kan lagi berulangtahun juga hari ini!!” jawab Diva
meledekku.
“haaaa??
@#$ soulmate2 .. males banget punya soulmate kayak dia. dia beneran Ulang
Tahunya sama kayak aku va??”
“namanya
juga soulmate.. yaya dong sama.. hehe” canda Diva kepadaku.
“Aduh..
kenapa sih harus sama Ulang Tahun Kaka sama aku??” aku menggerutu dalam hati.
Aku
dan Kaka ternyata lahir pada tanggal dan bulan yang sama, namun lebih tua Kaka
1 Tahun dari pada aku. Dan menjadikanku
sedikit agak kesal.
Teng
teng teng.. bel pulangpun berbunyi, bergegas aku dan teman-temanku pulang.
Dipertigaan pos dekat rumahku aku bertemu Kaka yang sedang basah kuyub karena
guyuran air ulang tahunya tadi sekolah.
“gak
pernah mandi ya??.. kok badanya basah kayak kodok abis nyebur di empang aja?”
Ledekku
“enak aja,.. hari inikan hari spesial buat aku.. eh,, tapi denger-denger hari ini kamu juga berulang tahun ya?? Wah.. ikut-ikut aja kamu Putri Cengeng?” Sahut Kaka.
“enak aja,.. hari inikan hari spesial buat aku.. eh,, tapi denger-denger hari ini kamu juga berulang tahun ya?? Wah.. ikut-ikut aja kamu Putri Cengeng?” Sahut Kaka.
“apa
kamu bilang?, Putri Cengeng? Dasar kamu kodok empang” jawabku kesal.
Dan
karena kejadian itulah aku memanggil Kaka si “Kodok Empang” dan Kaka
memanggilku dengan sebutan “Putri Cengeng”. Hingga rasanya kamipun tak pernah
saling memanggil dengan nama asli kami.
Hari
demi hari silih berganti.. dan tak terasa ujianpun semakin dekat didepan mata.
“Anak-anak
kalian harus rajin-rajin belajar,karena sebentar lagi kalian akan segera
menghadapi UASBN’‘
Sepertinya
itu adalah kalimat yang sering Bapak/Ibuguru utarakan acapkali mau mengajar
dikelas ataupun saat berpidato ketika upacara rutin berlangsung. Dan kalimat
itu juga yang bisa membuat detak jantungku berdegup kencang.
Bel
Istirahat berbunyi..
“Va..
ayok ke kantin, aku laper nih” ajaku pada Diva.
“Ayok
Fi, aku juga lagi laper berat nih..” jawab Diva.
Dikantin
aku bertemu Kaka....
“heh
putri cengeng.. ikut-ikut aja kamu ini” Ejek Kaka
“siapa
juga yang ikut-ikut .. dasar kodok empang!!” jawabku
“wah-wah..
sejak kapan kalian berdua punya sebutan seperti itu? wah.. jangan2 kalian
berdua ada sesuatu?” Ledek Diva.
“kayaknya
Div” tambah Rudi tman akrab Kaka.
Dan
seperti biasa dikantinpun aku dan Kaka bertengkar hebat. Akhirnya kami berdua
sepakat untuk berani taruhan. Taruhanya adalah aku dan Kaka saingan untuk
mendapatkan nilai terbaik saat UASBN bulan depan. Bagi yang mendapat nilai yang
lebih tinggi, hadiahnya adalah mentraktir makan diwarung Nasi uduk dan harus
mau mengantar jemput sekolah selama 1 minggu dengan naik sepeda. Dan karena
itu juga sekarang aku dan Kaka belajar
sangat giat. Kami berdua jadi sering sekali bertemu diperpustakaan, tapi tetap
saja dengan wajah tanpa senyum. Sering menghabiskan soal-soal UASBN, semangat
berangkat les, dan belajar semalaman sampai-sampai sering tertidur diatas
bangku meja belajar.
Tak
terasa Hari Ujian yang sangat mendebarkan itupun datang menghampiri ...
Dag
dig dug.. huu.. detak jantung terasa sangat kencang saat akan memasuki ruang
ujian. Aku dan kaka berada diruang yang terpisah. Tapi ruang kami berdua
bersebelahan.
“siap
gak kamu putri cengeng?” tanya si Kaka
“siap
dong, emang kamu siap kodok empang?” tanyaku sinis.
“ya
jelas, kaka dilawan” sahutnya
Kamipun
masuk keruang ujian kami masing-masing. Setelah menerima pengarahan dari
pengawas Ujian kami langsung berdo’a dengan khusyuk. Aku dan teman-teman merasa
sangat takut, tapi lagi-lagi pengawas yang baik hati menenangkan hati kami
semua agar tenang menghadapi ujian sekolah.
Tak
terasa hari-hari ujian telah berlalu. Matematika, bahasa indonesia, dan IPA
telah berlalu. Aku dan teman-temanpun bersorak kegirangan sejenak untuk melepas
ketegangan. Kami semua belum sepenuhnya puas karena hasil ujian belum
diketahui. Hari-hari pasca ujian kami gunakan untuk bercanda dan saling
bercerita. Ada yang ingin melanjutkan sekolah keluar kota, dan tak sedikit yang
tetap ingin berada di Bandung tercinta.
Hari
yang ditunggu itupun datang..,
Semua
murid kelas VI dikumpulkan di lapangan sekolah. Pengumuman akan segera
diumumkan. Begitupula aku dan Kaka sangat menunggu detik-detik “nasib” kami
berdua. Siapa yang kalah dan siapa yang akan memenangkannya.
“Fi,
aku gemeteran nih..” bisik Diva kepadaku
“optimis
Va.. pasti kita Lulus” jawabku untuk menenangkan Diva.
“nging...
suara mik yang sumbang membuatku tambah gemeter aja nih” tambah Diva
Bu
kepala sekolahpun datang...
“anak-anak SD Islam Darul Falah dinyatakan Lulus
100%” Bu kepsek mengumumkan.
Sontak
semua murid bersorak penuh kegirangan.
“mohon
perhatian, dan ibu akan memngumumkan siapa yang berhak mendapat hadiah yang ibu
pegang ini” lanjut bu kepsek.
Dan
ternyata nama Anisya Mufida dan Syauqi Kaka Adiansa berhak mendapatkan hadiah
itu. karenajumlah nilaiku dan Kaka sama
: 27,12 namun beda nilai angka setiap mapel. Aku dan kaka terkejut. Namun
diiringi tepuk tengan keras aku dan kaka maju, sekaligus diringi sorak
teman-teman.
“wah
mereka memang soulmet sejati” teman-teman saling sahut.
Hadiahnyapun
kami ambil. Sesampainya pos pertigaan dekat rumah aku dan kaka membuka hadiah
itu yang memang Cuma hanya ada satu. Setelah kami buka ternyata isinya 2 buah
lampu belajar kembar namun beda warna. Ada hitam dan biru. Tentusaja aku memilih
biru dan Kaka memilih warna Hitam.
“Putri
cengeng.. jadi taruhanya gagal dong?..” tanya Kaka padaku
“ia
nih kodok empang. Gag nyangka nilai kita bisa sama.” Jawabku sedikit bangga
“kamu
tu yang ikut-ikut aku” sahut Kaka.
“dasar
kodok empang” jawabku kesal
Kami
berduapun pulang dengan perasaan sebal bercampur bahagia.
Seminggu
berlalu...
Ijazah
sudah ada ditangan, aku hari ini mau mendaftarkan diri di salah satu SMP Islam
favorit di Bandung. Dan ternyata..
“heh
kodok empang.. ngapain kamu disini??” tanyaku
“ya
sekolah lah..” jawab Kaka
Ternyata
Kaka dan aku lagi-lagi satu sekolah. Sebenarnya aku cukup kesal tapi ya
sudahlah fikirku. Setelah beberapa minggu akhirnya kamipun diterima menjadi
murid baru di sekolah baru kami.
Berjumpa
dengan MOS...
Hari
ini adalah hari pertamaku masuk sekolah baruku. Sekarang baju yang aku
kenakanpun berbeda dari sebelumnya. Atasan putih bawahan rok panjang dengan
warna biru dongker. Aku sedikit bangga memang, karena aku bukan lagi anak
ingusan SD yang konyol. Paling tidak, naik satu level dibanding tahun kemaren.
Upacara
pembukaan MOSpun berlangsung dengan khitmat. Setelah itu akan ada sesi
pengarahan dan sesi Games dari kakak-kakak OSIS sekolah baruku. Bla..
bla.. bla.. pengarahan berlangsung sangat membosankan bagiku karena kaka-kakak
OSISnya sangat menyebalkan. Semua berusaha membuat kita semua takut. Tapi tidak
buat Fifi. Hehehe
Saat
aku sedang asik duduk dibawah pohon sekolah, tiba-tiba datang cowok tinggi
gagah dan...
“dek,enak
banget duduk-duduk berteduh disini, siapa nama saya?” tanya salah satu kakak
OSIS
“nama
kakak? Ya gak tau lah kak..” jawabku sedikit kesal
“cepat
cari tau nama saya, tanya sana ke kakak kelas..tak kasi waktu 5 menit” lanjut
kakak OSIS
Lantas
dengan perasaan kesal, akupun berusaha mencari tau. Dan akun harus waspada,
mungkin ini adalah awal dari games kakak-kakak OSIS. Merayu, berjoget, lari,
menyanyi huh.. banyak hal yang aku lakukan agar bisa mendapatkan nama kakak
tengil yang tadi. Dan ahirnya ada kakak baik yang berbaik hati memberi tahun aku...
“dek,namanya
Kak Nuno, dia emang kayak gitu, kak Nuno itu wakil ketua OSIS disini” kata
kakak OSIS yang baik tadi
“oh...
gitu ya kak, pantesan? Nama kakak siapa? Saya Fifi kak” jawabku sambil
memberikan tangan untuk berjabat tangan.
“panggil
saja kak Isma” lanjut kak Isma
Setelah
berbicara panjang lebar, ternyata kak Isma adalahseorang Ketua OSIS cewek. Wah.. aku salut banget sama
kak Isma. Udah cantik, baik, pinter, hebat lagi. Gak kayak kak Nuno tengil itu.
Dan akhirnyapun aku berhasil menjalani tantangan itu.
Aku
bergegas menghampiri kak Nuno ditempat tadi...
“kak
Nuno kan??” kataku sedikit ngeledek
“telat
1 menit, sekarang cari anak yang bulan dan tanggal lahirnya sama kayak kamu,
dan bawa dia kemari, 5 menit” sahut kak Nuno dengan wajah tanpa ekspresi alias
TAPRES.
Akupun
kesal sekali ditambah bingung tujuh keliling. Tapi hanya 1 difikiranku. Yah..
Kaka hanya Kaka yang tanggal dan bulan kelahiranya sama denganku. Tapi aku
gengsilah, masak aku mau ngemis-ngemis didepan si kodok empang itu. tapi gag ada
pilihan lain waktu mepet, sebentar lagi pasti Kak Nuno tangil itu mengeluarkan
jurus selanjutnya.
Akupun
segera mencari Kaka ...
“aduh..
Kaka kodok empang itu dimana sih, oh... itu dia?” gerutuku dalam hati.
“heh
kodok empang.. ” teriakku keras pada Kaka.
“kenapa
putri cengeng??” jawabnya sinis.
“em..
e... em.. eee.. bis..” lanjutku terbata-bata.
“a
em a em.. bisa ngomong gak sih..” sela Kaka.
Dan
akhirnya dengan nada memelas “acting” aku coba memberitahu Kaka. Tapi
Kaka malah menertawakanku.
“ok,
putri cengeng, aku mau tapi dengan satu syarat” jawab Kaka dengan tengil.
“apa
syaratnya?” lanjutku.
“kamu
harus mau menjemput aku acapkali akan berangkat sekolah selama 1 minggu, eits..
2 minggu, tentunya dengan naik sepeda” pinta Kaka.
“haa??
Enak bener kamu Kodok, padahal akukan..” lanjutnya
“kalau
gak mau ya sudah..” potong Kaka.
Dan
dengan unsur keterpaksaan akupun menyetujui persyaratan yang konyol itu. lalu
aku dan Kaka menemui Kak Nuno. Setelah aku membawa Kaka tiba-tiba
“priiiiiiiittt....” kak Nuno meniup peluit yang tengah
dikalunginya.
“Wah
pasti ada yang tidak beres” gumamku dalam hati.
Ternyata
semua anak baru berkumpul membentuk lingkaran mengelilingiku. Akupun malu
setengah mati. Dan dengan bangganya semua kakak-kakak OSIS masuk kelingkaran.
Dan semuanya seperti sudah merencanakan semua ini. Aku dan Kaka dikerjain
habis-habisan oleh kakak-kakak OSIS. Disuruh acting jadi romeo dan
julietlah, nyayi, joget. Aduh, mungkin sampai-sampai semua anak baru kenal
dengan aku dan Kaka.
Jam
menunjukkan pukul 12.00, pertanda MOS hari pertama telah usai. Aku bergegas
pulang dengan perasaan campur aduk.
Sesampainya
dirumah ...
“dred
dred dred” hand phoneku getar pertanda ada message.
“Akupun
membukanya, wah ada nomor baru nih, siapa ya?” batinku
Setelah
aku buka ternyata dari Kaka.isinya : “heh dasar kamu putri cengeng nyebelin,
aku malu berat gara-gara kamu. Pokoknya syaratnya diperpanjang selama 3 minggu.
Kaka” yah semakin berat aja nih. Aku hanya membalas SMS dari Kaka dengan :
“ihhh.. dasar kodok empang”
Pagipun
datang kembali...
Pagi
sekolah yang cukup menyebalkan bagiku, karena aku harus menjemput Kaka si
empang kodok.
“kodok..
cepat kodok sudah hampir telat ini...” teriakku pada Kaka.
Kaka
naik diboncengan sepedah silverku. Sesampainya disekolah teman-teman baruku
menyoraki aku dan kaka. Aku juga heran kenapa mereka menyorakiku.
“ceile...
yang soulmatean niye...seharusnya Fifi yang dibonceng, bukan kaka” ucap salah
seorang temanku.
Sontak..
kaka langsung turun dari boncengan dan lari menuju kelasnya. Dan akupun pergi
ke parkiran untuk meletakkan sepedaku.
Hari
demi haripun berlalu ... akhirnya aku dan teman-teman baruku sah menjadi siswa
siswi SMP Islam Bandung. Setelah itu pengumuman penentuan kelas ditempelkan.
Aku berdesakan melihatnya
“alhamdulillah..”
kataku
“kenapa
Fi?” tanya Ula teman baruku heran.
“hehe..
gak papa Ul” jawabku agak sedikit malu.
Aku
bersyukur karena namaku dan nama kaka tidak tercantum pada lembar kertas yang
sama. Anisya Mufida masuk dikelas VIIA , dan Syauqi Kaka Adiansa tercantum dikelas
VIID. Akupun memasuki kelas baruku yang nyaman, aku duduk tepat dua baris dari
belakang.
“dred
dred dred” Hpku bergetar. “ si putri cengeng yang tengil, persyaratan kemaren
dibatalkan, tapi persyaratan berganti kamu harus mengerjakan tugas-tugas sekolahku.
Titik tanpa koma” pesan dari kaka membuatku kesal. Tapi aku juga tidak bisa
berkutik. Aku juga tidak mau harus berboncengan dengan Kaka si kodok empang.
Hari
demi hari sekolahku mulai berjalan dengan lancar. Meskipun ada satu hal yang
membuat aku kesal, yakni aku harus mengerjakan semua PR Kaka tiga minggu penuh.
3
minggu itupun berakhir. Lega rasanya lepas dari Kaka. Dan akhirnya hari-hari
yang kujalani terasa nyaman dan mengasyikkan. Karena pertama aku jarang sekali
bertemu Kaka, kedua aku mendapatkan teman-teman yang beraneka ragam dikelas,
dan ketiga karena aku aktif di OSIS jadi aku semakin dekat dengan kak Nuno.
Ternyata kalau sudah kenal kak Nuno, dia jauuuuhhh... banget bedanya sama
pertama aku dikerjain sama kak Nuno di acara MOS. Kak Nuno juga sudah minta
maaf denganku. Aku senang sekali teman. Tapi
hubunganku dengan kak Nuno hanya sebatas partner OSIS.Namun tak jarang
aku dan Nuno sms-an sekadar untuk sharing. Dan masalah kaka hanya tinggal
kenangan konyol buatku. hehehe
Hari
bergulir, Bulan berganti dan tahunpun ikut berganti. Pertanda aku harus naik ke
kelas VIII.
Semua
kelas di rolling. Akupun masuk ke kelas VIIIA, tapi .. . .
“lo
lo lo... kenapa kamu masuk ke kelasku kodok empang??” tanyaku tengil pada Kaka.
“kelasmu??
Enak aja? Kelasku tauk!!2@#$” sahut Kaka.
Dan
memang benar ternyata Kaka dan aku bertemu lagi dalam satu kelas.
“Aduh
... perang dunia ke dua di mulai” gerutuku dalam hati.
Meski
satu kelas aku dan Kaka bertempat duduk sangat berjauhan. Kaka berada di pojok
kelas dengan Diko temanya, sedang aku berada di bangku kedua dari depan dan
baris ketiga dari samping kanan.
Hari
hari sekolah berlangsung seperti bias. Namun entah mengapa kekesalanku teramat
sangat luar biasa. Entah mengapa aku juga tidak tahu. Tapi mungkin terlalu konyol
jika alasan ini aku utarakan. Aku membenci Kaka karena pertama, kaka sering
memainkan hati perempuan alias playboy, kedua Kaka sering eskip dan
jarang masuk sekolah, ketiga Kaka bertambah nakal, mungkin kenakalan Kaka
karena Kaka bergaul dengan orang yang salah di keseharianya. Meskipun sekarang
aku dan Kaka satu kelas, hampir tidak pernah Kaka menyapaku saat bersimpangan
jalan, atau sekedar mengejekku dengan sebutan Si Putri Cengeng yang tengil.
Suatu
hari di Perpustakaan sekolah...
“hai
Fifi.. gimana surat undanganya buat tamu acara besok??” tanya kak Nuno
kepadaku.
#
gue postingin ini soalnyague bingung. Kok nggak kelar2 nih cerita gue. Ada yang
mau beri saran atau mau ngelanjutin. :D
Greets:
easy going from me .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar