Minggu, 21 September 2014
OASE
"ketenangan hati adalah bukti kuatnya iman, sebaliknya kita harus hati -hati saat dulanda terlalu banyak kegelisahan, seolah masalah kita sangat besar, hingga merasa menjadi manusia paling menderita. karena bisa jadi saat itu iman kita berada di titik nadir hingga syaithon leluasa menggoda"
Kamis, 18 September 2014
(LAGI)
dan harus sekuat apakah aku (lagi)
Allah, hanya kepadaMu aku mengadukan air mata ini
Ingin rasanya pergi dari sini, lari dari masalah ini
peluk hamba ya Allah, sebentaaarrr saja
untuk malam ini, yang terasa sunyi dan sepi terhimpit perih kata
Allah, hanya kepadaMu aku mengadukan air mata ini
Ingin rasanya pergi dari sini, lari dari masalah ini
peluk hamba ya Allah, sebentaaarrr saja
untuk malam ini, yang terasa sunyi dan sepi terhimpit perih kata
Rabu, 17 September 2014
karena aku sudah terlalu lelah
Aku lelah dengan semua sikap itu
dan mungkin aku memang sudah terlalu lelah
semua niatanku selalu salah di mata itu
kelelahan inipun bertambah kian bertambah lelah
dan aku memutuskan untuk berhenti dari kelelahan ini
aku memang benar - benar pergi sekarang
tak lagi ingin memikirkan, tak lagi ingin memperdulikan
karena aku sudah cukup terlalu lelah
langkahku mulai goyah, dan kakiku jatuh sekarang
terimakasih untuk mereka yang telah mengulurkan tangan2 mulia
tiada lagi ingin kusebut nama itu khusus dalam sujudku, karena aku malu kepadaNya
sungguh aku malu, bagai mahluk yang tak tau diri
sudah cukup kelelahan ini, memperjuangkan yang tak pernah sama sekali mau diperjuangkan
buat apa dan untuk apa
dan malam ini aku pamit dalam untaian sujudku, aku pamit pergi dan aku tak ingin lagi kembali
sudah cukup, karena aku sudah terlalu lelah dengan sikap itu
selamat tinggal, aku pergi, duhai engkau yang pernah singgah
dan mungkin aku memang sudah terlalu lelah
semua niatanku selalu salah di mata itu
kelelahan inipun bertambah kian bertambah lelah
dan aku memutuskan untuk berhenti dari kelelahan ini
aku memang benar - benar pergi sekarang
tak lagi ingin memikirkan, tak lagi ingin memperdulikan
karena aku sudah cukup terlalu lelah
langkahku mulai goyah, dan kakiku jatuh sekarang
terimakasih untuk mereka yang telah mengulurkan tangan2 mulia
tiada lagi ingin kusebut nama itu khusus dalam sujudku, karena aku malu kepadaNya
sungguh aku malu, bagai mahluk yang tak tau diri
sudah cukup kelelahan ini, memperjuangkan yang tak pernah sama sekali mau diperjuangkan
buat apa dan untuk apa
dan malam ini aku pamit dalam untaian sujudku, aku pamit pergi dan aku tak ingin lagi kembali
sudah cukup, karena aku sudah terlalu lelah dengan sikap itu
selamat tinggal, aku pergi, duhai engkau yang pernah singgah
Seharusnya
gelap malam hari ini menemani kecamuk dalam jiwaku
tak dingin seperti biasanya memang
tapi tetap saja risaunya seperti malam sebelumnya
seperti kopi, pahit tak berasa tanpa gula
mungkin aku lelah
atau mungkin aku tak bersyukur (lagi)
seperti semua panah membidikku
menghadapi dua kecaman dunia yang teramat menyakitkan
ada jiwa yang lelah disini
ada jiwa yang sangat meindukan butiran cinta haqiqi
aku tak tau mengapa hari ini begitu berat fikiranku
menambah kisah - kisah yang entah kenapa aku sekarang rancu
aku tak faham mengapa ini harus ada
aku bingung mengapa aku up down seperti ini
sepertinya ada jiwa - jiwa yang berceceran
yang berserakan
terlaru berserakan hingga perlu kerja keras untuk menyusunya
mungkin karena hari ini belum bermurottal,
atau karena aku terlalu sibuk dengan urusan dunia
duhai Allah yang kurindu, skenarioMu selalu indah
seharusnya aku selalu ingat itu,
tapi kenapa aku selalu melupakan itu
akupun merasa jauh dari kata baik, apalagi sempurna
tak dingin seperti biasanya memang
tapi tetap saja risaunya seperti malam sebelumnya
seperti kopi, pahit tak berasa tanpa gula
mungkin aku lelah
atau mungkin aku tak bersyukur (lagi)
seperti semua panah membidikku
menghadapi dua kecaman dunia yang teramat menyakitkan
ada jiwa yang lelah disini
ada jiwa yang sangat meindukan butiran cinta haqiqi
aku tak tau mengapa hari ini begitu berat fikiranku
menambah kisah - kisah yang entah kenapa aku sekarang rancu
aku tak faham mengapa ini harus ada
aku bingung mengapa aku up down seperti ini
sepertinya ada jiwa - jiwa yang berceceran
yang berserakan
terlaru berserakan hingga perlu kerja keras untuk menyusunya
mungkin karena hari ini belum bermurottal,
atau karena aku terlalu sibuk dengan urusan dunia
duhai Allah yang kurindu, skenarioMu selalu indah
seharusnya aku selalu ingat itu,
tapi kenapa aku selalu melupakan itu
akupun merasa jauh dari kata baik, apalagi sempurna
Sabtu, 06 September 2014
Singgah
teruslah membeciku, hingga engkau lelah membenciku
teruslah memakiku, hingga engkau lelah memakiku
teruslah menyindirku, hingga engkau lelah menyindirku
teruslah menyalahkanku, hingga engkau lelah menyalahkanku
teruslah menghinaku, hingga engkau lelah menghinaku
teruslah kejar segala obsesimu, hingga engkau temui hakekat obsesimu
teruslah, sampai kapan akupun tak peduli
mengapa? karena :
aku sadar, aku adalah orang yang picik
aku sadar, aku adalah orang yang hina
aku sadar, aku adalah orang yang hatinya buta
teruslah, aku tak akan membencimu
teruslah, aku tak akan memakimu
teruslah, aku tak akan menyindirmu
teruslah, aku tak akan menyalahkanmu
teruslah, aku tak akan menghinamu
teruslah, aku tak akan terobsesi karenamu
Duhai Allah yang kurindu, peluk hambaMu yang hina dan picik ini
Duhai Allah yang kucinta, tuntun hamba di kegelapan ini
Duhai Allah yang kuasa, hanya kepadaMu hamba mengadukan air mata ini
Duhai Allah, jika ku harus mati, pertemukan hamba denganMu....
Duhai Al Qur'an, temani aku menjalani kisah fana ini
teruslah memakiku, hingga engkau lelah memakiku
teruslah menyindirku, hingga engkau lelah menyindirku
teruslah menyalahkanku, hingga engkau lelah menyalahkanku
teruslah menghinaku, hingga engkau lelah menghinaku
teruslah kejar segala obsesimu, hingga engkau temui hakekat obsesimu
teruslah, sampai kapan akupun tak peduli
mengapa? karena :
aku sadar, aku adalah orang yang picik
aku sadar, aku adalah orang yang hina
aku sadar, aku adalah orang yang hatinya buta
teruslah, aku tak akan membencimu
teruslah, aku tak akan memakimu
teruslah, aku tak akan menyindirmu
teruslah, aku tak akan menyalahkanmu
teruslah, aku tak akan menghinamu
teruslah, aku tak akan terobsesi karenamu
Duhai Allah yang kurindu, peluk hambaMu yang hina dan picik ini
Duhai Allah yang kucinta, tuntun hamba di kegelapan ini
Duhai Allah yang kuasa, hanya kepadaMu hamba mengadukan air mata ini
Duhai Allah, jika ku harus mati, pertemukan hamba denganMu....
Duhai Al Qur'an, temani aku menjalani kisah fana ini
Kamis, 04 September 2014
ngomong sendiri
simple me, kamu sendiri yang bikin semuanya ribet.
so, keep calm,
istiqomahlah merangkai cintaNya, istiqomahin semuaaaanya,.
ingat dengan Mahkota? istiqomah yaaa. hal itu lebih dari sekedar kata bahagia.
eits, jangan suka nge judge orang lain!
yang terlihat baik belum tentu baikk
dan yang terlihat jelek belum tentu jelek
Allah yang berhak menghakimi semua, kamu bukan siapa2 me!
jalani setiap langkah ini dengan butiran cintaNya.
so, keep calm,
istiqomahlah merangkai cintaNya, istiqomahin semuaaaanya,.
ingat dengan Mahkota? istiqomah yaaa. hal itu lebih dari sekedar kata bahagia.
eits, jangan suka nge judge orang lain!
yang terlihat baik belum tentu baikk
dan yang terlihat jelek belum tentu jelek
Allah yang berhak menghakimi semua, kamu bukan siapa2 me!
jalani setiap langkah ini dengan butiran cintaNya.
sajak roti oven
mungkin kamu menyalahkan aku, iya mungkin
mungkin aku memang yang salah, iya mungkin
pun bagaimana jikalau engkau yg menjadi aku,
hargai perbedaan!
mungkin aku memang yang salah, iya mungkin
pun bagaimana jikalau engkau yg menjadi aku,
hargai perbedaan!
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur
Sepasang
ayah ibu menaiki panggung wisuda tahfidz Ma'had Ustmani, sudah dalam
keadaan menangis.
Di panggung sudah berdiri ananda yang akan di wisuda sebagai hafidzah 30
juz. Di antara yang diwisuda, ada Ibu Ismah. Sekitar 4-5 tahun yang
lalu mulai menghafal Alquran. Saat beliau bertemu dengan saya saat itu
baru mulai menghafal Alquran. Begitu kata gurunya, KH Effendi Anwar,
pimpinan Ma'had Tahfidz Ustmani.
Ibu Ismah ini, kemarin ikut diwisuda sebagai Hafidzah. Sudah
menyelesaikan hafalan 16 juz. Sudah lulus tes tajwidnya juga. Kalau
sekadar hafal, mungkin sudah langsung selesai 30 juz. Tapi ibu ini
sekalian ngebenerin bacaan dan pemahamannya.
Bu Ismah lahir pada 1952 atau 62 tahun lalu. "Saya masih semangat
nuntasin hafalan sampe30 juz. Nggak apa-apa saat selesai, umur saya
barangkali nanti 70 tahun," kata Bu Ismah. Bagaimana dengan kita?
Sehari-harinya untuk setoran hafalan dan membenarkan bacaannya, Bu
Ismah, naik angkot sebanyak empat kali bolak-balik dari Cipayung ke
Condet.
Di Ma'had Utsmani, Condet, wisuda 30 juz itu berat. Sebab selain benar
hafalannya, juga kudu(harus) benar tajwid (bacaannya), dan sedikit
memahami.
Selain Bu Ismah, Ananda Afifa juga berhasil melewati itu. Saat Ananda
berdiri di panggung, bersama ayah dan ibunya yang sejak awal sudah
menangis duluan sebelum naik panggung.
KH Effendi Anwar mengizinkan saya yang memberikan Ijazah Tahfidz.
Gurunya beliau yang mengalungkan bunga. Tibalah saat yang mengharukan.
Kawan-kawan Ma'had Utsmani membuat replika mahkota. Ananda Afifa
mengambil mahkota tersebut dan secara santun ia memakaikan ke atas
kepala ayahnya.
Tangis ayah-ibu ini pecah. Ayah-ibu ini memeluk Afifa. Seperti ini nanti
kejadian di Surga. Allah sendiri yang mewisuda dan memakaikan mahkota,
kepada ayah-ibu yang memiliki anak seorang penghafal Alquran. Disaksikan
bukan oleh manusia lagi, tapi seluruh malaikat-Nya.
Adapun anak-anak penghafal Alquran, yang yatim, piatu, atau malah yatim
piatu, alias tak berayah tak beribu, mereka pastinya lebih rindu lagi
memakaikan mahkota penghafal Alquran untuk ayah ibu yang tak lagi
berkumpul bersama mereka.
Sebagian anak-anak calon penghafal Alquran yang yatim, piatu, dan yang
sudah yatim piatu, tidak seberuntung Ananda Afifa yang diwisuda, tapi
masih bisa disaksikan ayah ibunya langsung, sebab masih hidup.
Sebagian dari anak-anak ini bahkan juga tidak mengenal dan tidak
mengetahui seperti apa rupa ayah-ibu mereka. Tapi mereka tahu, Allah
akan mengumpulkannya. Dan sekalian berkumpul di surga Allah. Langsung
dibawakan mahkota para penghafal Alquran.
Semoga kita dipilih Allah juga, selain sama-sama berjuang untuk ikutan
hafal Alquran, memiliki anak-anak keturunan dan keluarga penghafal
Alquran, juga semoga bisa menjadi jalan mewujudkan anak-anak yatim,
piatu, dan yang yatim piatu, menyiapkan, membawa, dan mempersembahkan
mahkota penghafal Alquran, untuk ayah ibu mereka.
Sekarang, saatnya kita memulai. Nggak usah buru-buru, pelan-pelan saja,
satu hari satu ayat, lalu istiqamah melaksanakannya. Insya Allah, 10
tahun akan hafal plus dengan maknanya. Dan Insya Allah, penghafal
Alquuran akan mampu member syafaat 10 anggota keluarganya.
Maman Sudiaman
Langganan:
Postingan (Atom)
Minggu, 21 September 2014
OASE
"ketenangan hati adalah bukti kuatnya iman, sebaliknya kita harus hati -hati saat dulanda terlalu banyak kegelisahan, seolah masalah kita sangat besar, hingga merasa menjadi manusia paling menderita. karena bisa jadi saat itu iman kita berada di titik nadir hingga syaithon leluasa menggoda"
Kamis, 18 September 2014
(LAGI)
dan harus sekuat apakah aku (lagi)
Allah, hanya kepadaMu aku mengadukan air mata ini
Ingin rasanya pergi dari sini, lari dari masalah ini
peluk hamba ya Allah, sebentaaarrr saja
untuk malam ini, yang terasa sunyi dan sepi terhimpit perih kata
Allah, hanya kepadaMu aku mengadukan air mata ini
Ingin rasanya pergi dari sini, lari dari masalah ini
peluk hamba ya Allah, sebentaaarrr saja
untuk malam ini, yang terasa sunyi dan sepi terhimpit perih kata
Rabu, 17 September 2014
karena aku sudah terlalu lelah
Aku lelah dengan semua sikap itu
dan mungkin aku memang sudah terlalu lelah
semua niatanku selalu salah di mata itu
kelelahan inipun bertambah kian bertambah lelah
dan aku memutuskan untuk berhenti dari kelelahan ini
aku memang benar - benar pergi sekarang
tak lagi ingin memikirkan, tak lagi ingin memperdulikan
karena aku sudah cukup terlalu lelah
langkahku mulai goyah, dan kakiku jatuh sekarang
terimakasih untuk mereka yang telah mengulurkan tangan2 mulia
tiada lagi ingin kusebut nama itu khusus dalam sujudku, karena aku malu kepadaNya
sungguh aku malu, bagai mahluk yang tak tau diri
sudah cukup kelelahan ini, memperjuangkan yang tak pernah sama sekali mau diperjuangkan
buat apa dan untuk apa
dan malam ini aku pamit dalam untaian sujudku, aku pamit pergi dan aku tak ingin lagi kembali
sudah cukup, karena aku sudah terlalu lelah dengan sikap itu
selamat tinggal, aku pergi, duhai engkau yang pernah singgah
dan mungkin aku memang sudah terlalu lelah
semua niatanku selalu salah di mata itu
kelelahan inipun bertambah kian bertambah lelah
dan aku memutuskan untuk berhenti dari kelelahan ini
aku memang benar - benar pergi sekarang
tak lagi ingin memikirkan, tak lagi ingin memperdulikan
karena aku sudah cukup terlalu lelah
langkahku mulai goyah, dan kakiku jatuh sekarang
terimakasih untuk mereka yang telah mengulurkan tangan2 mulia
tiada lagi ingin kusebut nama itu khusus dalam sujudku, karena aku malu kepadaNya
sungguh aku malu, bagai mahluk yang tak tau diri
sudah cukup kelelahan ini, memperjuangkan yang tak pernah sama sekali mau diperjuangkan
buat apa dan untuk apa
dan malam ini aku pamit dalam untaian sujudku, aku pamit pergi dan aku tak ingin lagi kembali
sudah cukup, karena aku sudah terlalu lelah dengan sikap itu
selamat tinggal, aku pergi, duhai engkau yang pernah singgah
Seharusnya
gelap malam hari ini menemani kecamuk dalam jiwaku
tak dingin seperti biasanya memang
tapi tetap saja risaunya seperti malam sebelumnya
seperti kopi, pahit tak berasa tanpa gula
mungkin aku lelah
atau mungkin aku tak bersyukur (lagi)
seperti semua panah membidikku
menghadapi dua kecaman dunia yang teramat menyakitkan
ada jiwa yang lelah disini
ada jiwa yang sangat meindukan butiran cinta haqiqi
aku tak tau mengapa hari ini begitu berat fikiranku
menambah kisah - kisah yang entah kenapa aku sekarang rancu
aku tak faham mengapa ini harus ada
aku bingung mengapa aku up down seperti ini
sepertinya ada jiwa - jiwa yang berceceran
yang berserakan
terlaru berserakan hingga perlu kerja keras untuk menyusunya
mungkin karena hari ini belum bermurottal,
atau karena aku terlalu sibuk dengan urusan dunia
duhai Allah yang kurindu, skenarioMu selalu indah
seharusnya aku selalu ingat itu,
tapi kenapa aku selalu melupakan itu
akupun merasa jauh dari kata baik, apalagi sempurna
tak dingin seperti biasanya memang
tapi tetap saja risaunya seperti malam sebelumnya
seperti kopi, pahit tak berasa tanpa gula
mungkin aku lelah
atau mungkin aku tak bersyukur (lagi)
seperti semua panah membidikku
menghadapi dua kecaman dunia yang teramat menyakitkan
ada jiwa yang lelah disini
ada jiwa yang sangat meindukan butiran cinta haqiqi
aku tak tau mengapa hari ini begitu berat fikiranku
menambah kisah - kisah yang entah kenapa aku sekarang rancu
aku tak faham mengapa ini harus ada
aku bingung mengapa aku up down seperti ini
sepertinya ada jiwa - jiwa yang berceceran
yang berserakan
terlaru berserakan hingga perlu kerja keras untuk menyusunya
mungkin karena hari ini belum bermurottal,
atau karena aku terlalu sibuk dengan urusan dunia
duhai Allah yang kurindu, skenarioMu selalu indah
seharusnya aku selalu ingat itu,
tapi kenapa aku selalu melupakan itu
akupun merasa jauh dari kata baik, apalagi sempurna
Sabtu, 06 September 2014
Singgah
teruslah membeciku, hingga engkau lelah membenciku
teruslah memakiku, hingga engkau lelah memakiku
teruslah menyindirku, hingga engkau lelah menyindirku
teruslah menyalahkanku, hingga engkau lelah menyalahkanku
teruslah menghinaku, hingga engkau lelah menghinaku
teruslah kejar segala obsesimu, hingga engkau temui hakekat obsesimu
teruslah, sampai kapan akupun tak peduli
mengapa? karena :
aku sadar, aku adalah orang yang picik
aku sadar, aku adalah orang yang hina
aku sadar, aku adalah orang yang hatinya buta
teruslah, aku tak akan membencimu
teruslah, aku tak akan memakimu
teruslah, aku tak akan menyindirmu
teruslah, aku tak akan menyalahkanmu
teruslah, aku tak akan menghinamu
teruslah, aku tak akan terobsesi karenamu
Duhai Allah yang kurindu, peluk hambaMu yang hina dan picik ini
Duhai Allah yang kucinta, tuntun hamba di kegelapan ini
Duhai Allah yang kuasa, hanya kepadaMu hamba mengadukan air mata ini
Duhai Allah, jika ku harus mati, pertemukan hamba denganMu....
Duhai Al Qur'an, temani aku menjalani kisah fana ini
teruslah memakiku, hingga engkau lelah memakiku
teruslah menyindirku, hingga engkau lelah menyindirku
teruslah menyalahkanku, hingga engkau lelah menyalahkanku
teruslah menghinaku, hingga engkau lelah menghinaku
teruslah kejar segala obsesimu, hingga engkau temui hakekat obsesimu
teruslah, sampai kapan akupun tak peduli
mengapa? karena :
aku sadar, aku adalah orang yang picik
aku sadar, aku adalah orang yang hina
aku sadar, aku adalah orang yang hatinya buta
teruslah, aku tak akan membencimu
teruslah, aku tak akan memakimu
teruslah, aku tak akan menyindirmu
teruslah, aku tak akan menyalahkanmu
teruslah, aku tak akan menghinamu
teruslah, aku tak akan terobsesi karenamu
Duhai Allah yang kurindu, peluk hambaMu yang hina dan picik ini
Duhai Allah yang kucinta, tuntun hamba di kegelapan ini
Duhai Allah yang kuasa, hanya kepadaMu hamba mengadukan air mata ini
Duhai Allah, jika ku harus mati, pertemukan hamba denganMu....
Duhai Al Qur'an, temani aku menjalani kisah fana ini
Kamis, 04 September 2014
ngomong sendiri
simple me, kamu sendiri yang bikin semuanya ribet.
so, keep calm,
istiqomahlah merangkai cintaNya, istiqomahin semuaaaanya,.
ingat dengan Mahkota? istiqomah yaaa. hal itu lebih dari sekedar kata bahagia.
eits, jangan suka nge judge orang lain!
yang terlihat baik belum tentu baikk
dan yang terlihat jelek belum tentu jelek
Allah yang berhak menghakimi semua, kamu bukan siapa2 me!
jalani setiap langkah ini dengan butiran cintaNya.
so, keep calm,
istiqomahlah merangkai cintaNya, istiqomahin semuaaaanya,.
ingat dengan Mahkota? istiqomah yaaa. hal itu lebih dari sekedar kata bahagia.
eits, jangan suka nge judge orang lain!
yang terlihat baik belum tentu baikk
dan yang terlihat jelek belum tentu jelek
Allah yang berhak menghakimi semua, kamu bukan siapa2 me!
jalani setiap langkah ini dengan butiran cintaNya.
sajak roti oven
mungkin kamu menyalahkan aku, iya mungkin
mungkin aku memang yang salah, iya mungkin
pun bagaimana jikalau engkau yg menjadi aku,
hargai perbedaan!
mungkin aku memang yang salah, iya mungkin
pun bagaimana jikalau engkau yg menjadi aku,
hargai perbedaan!
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur
Sepasang
ayah ibu menaiki panggung wisuda tahfidz Ma'had Ustmani, sudah dalam
keadaan menangis.
Di panggung sudah berdiri ananda yang akan di wisuda sebagai hafidzah 30
juz. Di antara yang diwisuda, ada Ibu Ismah. Sekitar 4-5 tahun yang
lalu mulai menghafal Alquran. Saat beliau bertemu dengan saya saat itu
baru mulai menghafal Alquran. Begitu kata gurunya, KH Effendi Anwar,
pimpinan Ma'had Tahfidz Ustmani.
Ibu Ismah ini, kemarin ikut diwisuda sebagai Hafidzah. Sudah
menyelesaikan hafalan 16 juz. Sudah lulus tes tajwidnya juga. Kalau
sekadar hafal, mungkin sudah langsung selesai 30 juz. Tapi ibu ini
sekalian ngebenerin bacaan dan pemahamannya.
Bu Ismah lahir pada 1952 atau 62 tahun lalu. "Saya masih semangat
nuntasin hafalan sampe30 juz. Nggak apa-apa saat selesai, umur saya
barangkali nanti 70 tahun," kata Bu Ismah. Bagaimana dengan kita?
Sehari-harinya untuk setoran hafalan dan membenarkan bacaannya, Bu
Ismah, naik angkot sebanyak empat kali bolak-balik dari Cipayung ke
Condet.
Di Ma'had Utsmani, Condet, wisuda 30 juz itu berat. Sebab selain benar
hafalannya, juga kudu(harus) benar tajwid (bacaannya), dan sedikit
memahami.
Selain Bu Ismah, Ananda Afifa juga berhasil melewati itu. Saat Ananda
berdiri di panggung, bersama ayah dan ibunya yang sejak awal sudah
menangis duluan sebelum naik panggung.
KH Effendi Anwar mengizinkan saya yang memberikan Ijazah Tahfidz.
Gurunya beliau yang mengalungkan bunga. Tibalah saat yang mengharukan.
Kawan-kawan Ma'had Utsmani membuat replika mahkota. Ananda Afifa
mengambil mahkota tersebut dan secara santun ia memakaikan ke atas
kepala ayahnya.
Tangis ayah-ibu ini pecah. Ayah-ibu ini memeluk Afifa. Seperti ini nanti
kejadian di Surga. Allah sendiri yang mewisuda dan memakaikan mahkota,
kepada ayah-ibu yang memiliki anak seorang penghafal Alquran. Disaksikan
bukan oleh manusia lagi, tapi seluruh malaikat-Nya.
Adapun anak-anak penghafal Alquran, yang yatim, piatu, atau malah yatim
piatu, alias tak berayah tak beribu, mereka pastinya lebih rindu lagi
memakaikan mahkota penghafal Alquran untuk ayah ibu yang tak lagi
berkumpul bersama mereka.
Sebagian anak-anak calon penghafal Alquran yang yatim, piatu, dan yang
sudah yatim piatu, tidak seberuntung Ananda Afifa yang diwisuda, tapi
masih bisa disaksikan ayah ibunya langsung, sebab masih hidup.
Sebagian dari anak-anak ini bahkan juga tidak mengenal dan tidak
mengetahui seperti apa rupa ayah-ibu mereka. Tapi mereka tahu, Allah
akan mengumpulkannya. Dan sekalian berkumpul di surga Allah. Langsung
dibawakan mahkota para penghafal Alquran.
Semoga kita dipilih Allah juga, selain sama-sama berjuang untuk ikutan
hafal Alquran, memiliki anak-anak keturunan dan keluarga penghafal
Alquran, juga semoga bisa menjadi jalan mewujudkan anak-anak yatim,
piatu, dan yang yatim piatu, menyiapkan, membawa, dan mempersembahkan
mahkota penghafal Alquran, untuk ayah ibu mereka.
Sekarang, saatnya kita memulai. Nggak usah buru-buru, pelan-pelan saja,
satu hari satu ayat, lalu istiqamah melaksanakannya. Insya Allah, 10
tahun akan hafal plus dengan maknanya. Dan Insya Allah, penghafal
Alquuran akan mampu member syafaat 10 anggota keluarganya.
Maman Sudiaman
Langganan:
Postingan (Atom)