Minggu, 21 September 2014

OASE

"ketenangan hati adalah bukti kuatnya iman, sebaliknya kita harus hati -hati saat dulanda terlalu banyak kegelisahan, seolah masalah kita sangat besar, hingga merasa menjadi manusia paling menderita. karena bisa jadi saat itu iman kita berada di titik nadir  hingga syaithon leluasa menggoda"

Kamis, 18 September 2014

terserah anda berfikir apa tentang saya, saya tak memaksa anda untuk berfikiran sama seperti saya, jika anda merasakanya mungkin anda ingin menangis

(LAGI)

dan harus sekuat apakah aku (lagi)

Allah, hanya kepadaMu aku mengadukan air mata ini

Ingin rasanya pergi dari sini, lari dari masalah ini

peluk hamba ya Allah, sebentaaarrr saja

untuk malam ini, yang terasa sunyi dan sepi terhimpit perih kata

Rabu, 17 September 2014

Ketika bertegur sapa hanya dalam do’a, Allah lah yang memeluk hati dengan lembut hingga terusap air mata.

kita berucap mencintai Allah, namun dalam do'a kita banyak memohon tentang dunia, sebenarnya hati ini untuk siapa?

karena aku sudah terlalu lelah

Aku lelah dengan semua sikap itu

dan mungkin aku memang sudah terlalu lelah

semua niatanku selalu salah di mata itu

kelelahan inipun bertambah kian bertambah lelah

dan aku memutuskan untuk berhenti dari kelelahan ini

aku memang benar - benar pergi sekarang

tak lagi ingin memikirkan, tak lagi ingin memperdulikan

karena aku sudah cukup terlalu lelah

langkahku mulai goyah, dan kakiku jatuh sekarang

terimakasih untuk mereka yang telah mengulurkan tangan2 mulia

tiada lagi ingin kusebut nama itu khusus dalam sujudku, karena aku malu kepadaNya

sungguh aku malu, bagai mahluk yang tak tau diri

sudah cukup kelelahan ini, memperjuangkan yang tak pernah sama sekali mau diperjuangkan

buat apa dan untuk apa

dan malam ini aku pamit dalam untaian sujudku, aku pamit pergi dan aku tak ingin lagi kembali

sudah cukup, karena aku sudah terlalu lelah dengan sikap itu

selamat tinggal, aku pergi, duhai engkau yang pernah singgah

Seharusnya

gelap malam hari ini menemani kecamuk dalam jiwaku
tak dingin seperti biasanya memang
tapi tetap saja risaunya seperti malam sebelumnya
seperti kopi, pahit tak berasa tanpa gula

mungkin aku lelah
atau mungkin aku tak bersyukur (lagi)

seperti semua panah membidikku
menghadapi dua kecaman dunia yang teramat menyakitkan

ada jiwa yang lelah disini
ada jiwa yang sangat meindukan butiran cinta haqiqi

aku tak tau mengapa hari ini begitu berat fikiranku
menambah kisah - kisah yang entah kenapa aku sekarang rancu

aku tak faham mengapa ini harus ada
aku bingung mengapa aku up down seperti ini

sepertinya ada jiwa - jiwa yang berceceran
yang berserakan

terlaru berserakan hingga perlu kerja keras untuk menyusunya

mungkin karena hari ini belum bermurottal,
atau karena aku terlalu sibuk dengan urusan dunia

duhai Allah yang kurindu, skenarioMu selalu indah
seharusnya aku selalu ingat itu,

tapi kenapa aku selalu melupakan itu

akupun merasa jauh dari kata baik, apalagi sempurna

Sabtu, 06 September 2014

Singgah

teruslah  membeciku, hingga engkau lelah membenciku

teruslah memakiku, hingga engkau lelah memakiku

teruslah menyindirku, hingga engkau lelah menyindirku

teruslah menyalahkanku, hingga engkau lelah menyalahkanku

teruslah menghinaku, hingga engkau lelah menghinaku

teruslah kejar segala obsesimu, hingga engkau temui hakekat obsesimu

teruslah, sampai kapan akupun tak peduli



mengapa? karena :

aku sadar, aku adalah orang yang picik

aku sadar, aku adalah orang yang hina

aku sadar, aku adalah orang yang hatinya buta


teruslah, aku tak akan membencimu

teruslah, aku tak akan memakimu

teruslah, aku tak akan menyindirmu

teruslah, aku tak akan menyalahkanmu

teruslah, aku tak akan menghinamu

teruslah, aku tak akan terobsesi karenamu


Duhai Allah yang kurindu, peluk hambaMu yang hina dan picik ini
Duhai Allah yang kucinta, tuntun hamba di kegelapan ini
Duhai Allah yang kuasa, hanya kepadaMu hamba mengadukan air mata ini

Duhai Allah, jika ku harus mati, pertemukan hamba denganMu....

Duhai Al Qur'an, temani aku menjalani kisah fana ini

Kamis, 04 September 2014

ngomong sendiri

simple me, kamu sendiri yang bikin semuanya ribet.

so, keep calm,

istiqomahlah merangkai cintaNya, istiqomahin semuaaaanya,.

ingat dengan Mahkota? istiqomah yaaa. hal itu lebih dari sekedar kata bahagia.

eits, jangan suka nge judge orang lain!

yang terlihat baik belum tentu baikk

dan yang terlihat jelek belum tentu jelek

Allah yang berhak menghakimi semua, kamu bukan siapa2 me!

jalani setiap langkah ini dengan butiran cintaNya.


sajak roti oven

mungkin kamu menyalahkan aku, iya mungkin

mungkin aku memang yang salah, iya mungkin

pun bagaimana jikalau engkau yg menjadi aku,

hargai perbedaan!

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Sepasang ayah ibu menaiki panggung wisuda tahfidz Ma'had Ustmani, sudah dalam keadaan menangis. Di panggung sudah berdiri ananda yang akan di wisuda sebagai hafidzah 30 juz. Di antara yang diwisuda, ada Ibu Ismah. Sekitar 4-5 tahun yang lalu mulai menghafal Alquran. Saat beliau bertemu dengan saya saat itu baru mulai menghafal Alquran. Begitu kata gurunya, KH Effendi Anwar, pimpinan Ma'had Tahfidz Ustmani. Ibu Ismah ini, kemarin ikut diwisuda sebagai Hafidzah. Sudah menyelesaikan hafalan 16 juz. Sudah lulus tes tajwidnya juga. Kalau sekadar hafal, mungkin sudah langsung selesai 30 juz. Tapi ibu ini sekalian ngebenerin bacaan dan pemahamannya. Bu Ismah lahir pada 1952 atau 62 tahun lalu. "Saya masih semangat nuntasin hafalan sampe30 juz. Nggak apa-apa saat selesai, umur saya barangkali nanti 70 tahun," kata Bu Ismah. Bagaimana dengan kita? Sehari-harinya untuk setoran hafalan dan membenarkan bacaannya, Bu Ismah, naik angkot sebanyak empat kali bolak-balik dari Cipayung ke Condet. Di Ma'had Utsmani, Condet, wisuda 30 juz itu berat. Sebab selain benar hafalannya, juga kudu(harus) benar tajwid (bacaannya), dan sedikit memahami. Selain Bu Ismah, Ananda Afifa juga berhasil melewati itu. Saat Ananda berdiri di panggung, bersama ayah dan ibunya yang sejak awal sudah menangis duluan sebelum naik panggung. KH Effendi Anwar mengizinkan saya yang memberikan Ijazah Tahfidz. Gurunya beliau yang mengalungkan bunga. Tibalah saat yang mengharukan. Kawan-kawan Ma'had Utsmani membuat replika mahkota. Ananda Afifa mengambil mahkota tersebut dan secara santun ia memakaikan ke atas kepala ayahnya. Tangis ayah-ibu ini pecah. Ayah-ibu ini memeluk Afifa. Seperti ini nanti kejadian di Surga. Allah sendiri yang mewisuda dan memakaikan mahkota, kepada ayah-ibu yang memiliki anak seorang penghafal Alquran. Disaksikan bukan oleh manusia lagi, tapi seluruh malaikat-Nya. Adapun anak-anak penghafal Alquran, yang yatim, piatu, atau malah yatim piatu, alias tak berayah tak beribu, mereka pastinya lebih rindu lagi memakaikan mahkota penghafal Alquran untuk ayah ibu yang tak lagi berkumpul bersama mereka. Sebagian anak-anak calon penghafal Alquran yang yatim, piatu, dan yang sudah yatim piatu, tidak seberuntung Ananda Afifa yang diwisuda, tapi masih bisa disaksikan ayah ibunya langsung, sebab masih hidup. Sebagian dari anak-anak ini bahkan juga tidak mengenal dan tidak mengetahui seperti apa rupa ayah-ibu mereka. Tapi mereka tahu, Allah akan mengumpulkannya. Dan sekalian berkumpul di surga Allah. Langsung dibawakan mahkota para penghafal Alquran. Semoga kita dipilih Allah juga, selain sama-sama berjuang untuk ikutan hafal Alquran, memiliki anak-anak keturunan dan keluarga penghafal Alquran, juga semoga bisa menjadi jalan mewujudkan anak-anak yatim, piatu, dan yang yatim piatu, menyiapkan, membawa, dan mempersembahkan mahkota penghafal Alquran, untuk ayah ibu mereka. Sekarang, saatnya kita memulai. Nggak usah buru-buru, pelan-pelan saja, satu hari satu ayat, lalu istiqamah melaksanakannya. Insya Allah, 10 tahun akan hafal plus dengan maknanya. Dan Insya Allah, penghafal Alquuran akan mampu member syafaat 10 anggota keluarganya. Maman Sudiaman

Minggu, 21 September 2014

OASE

"ketenangan hati adalah bukti kuatnya iman, sebaliknya kita harus hati -hati saat dulanda terlalu banyak kegelisahan, seolah masalah kita sangat besar, hingga merasa menjadi manusia paling menderita. karena bisa jadi saat itu iman kita berada di titik nadir  hingga syaithon leluasa menggoda"

Kamis, 18 September 2014

terserah anda berfikir apa tentang saya, saya tak memaksa anda untuk berfikiran sama seperti saya, jika anda merasakanya mungkin anda ingin menangis

(LAGI)

dan harus sekuat apakah aku (lagi)

Allah, hanya kepadaMu aku mengadukan air mata ini

Ingin rasanya pergi dari sini, lari dari masalah ini

peluk hamba ya Allah, sebentaaarrr saja

untuk malam ini, yang terasa sunyi dan sepi terhimpit perih kata

Rabu, 17 September 2014

Ketika bertegur sapa hanya dalam do’a, Allah lah yang memeluk hati dengan lembut hingga terusap air mata.

kita berucap mencintai Allah, namun dalam do'a kita banyak memohon tentang dunia, sebenarnya hati ini untuk siapa?

karena aku sudah terlalu lelah

Aku lelah dengan semua sikap itu

dan mungkin aku memang sudah terlalu lelah

semua niatanku selalu salah di mata itu

kelelahan inipun bertambah kian bertambah lelah

dan aku memutuskan untuk berhenti dari kelelahan ini

aku memang benar - benar pergi sekarang

tak lagi ingin memikirkan, tak lagi ingin memperdulikan

karena aku sudah cukup terlalu lelah

langkahku mulai goyah, dan kakiku jatuh sekarang

terimakasih untuk mereka yang telah mengulurkan tangan2 mulia

tiada lagi ingin kusebut nama itu khusus dalam sujudku, karena aku malu kepadaNya

sungguh aku malu, bagai mahluk yang tak tau diri

sudah cukup kelelahan ini, memperjuangkan yang tak pernah sama sekali mau diperjuangkan

buat apa dan untuk apa

dan malam ini aku pamit dalam untaian sujudku, aku pamit pergi dan aku tak ingin lagi kembali

sudah cukup, karena aku sudah terlalu lelah dengan sikap itu

selamat tinggal, aku pergi, duhai engkau yang pernah singgah

Seharusnya

gelap malam hari ini menemani kecamuk dalam jiwaku
tak dingin seperti biasanya memang
tapi tetap saja risaunya seperti malam sebelumnya
seperti kopi, pahit tak berasa tanpa gula

mungkin aku lelah
atau mungkin aku tak bersyukur (lagi)

seperti semua panah membidikku
menghadapi dua kecaman dunia yang teramat menyakitkan

ada jiwa yang lelah disini
ada jiwa yang sangat meindukan butiran cinta haqiqi

aku tak tau mengapa hari ini begitu berat fikiranku
menambah kisah - kisah yang entah kenapa aku sekarang rancu

aku tak faham mengapa ini harus ada
aku bingung mengapa aku up down seperti ini

sepertinya ada jiwa - jiwa yang berceceran
yang berserakan

terlaru berserakan hingga perlu kerja keras untuk menyusunya

mungkin karena hari ini belum bermurottal,
atau karena aku terlalu sibuk dengan urusan dunia

duhai Allah yang kurindu, skenarioMu selalu indah
seharusnya aku selalu ingat itu,

tapi kenapa aku selalu melupakan itu

akupun merasa jauh dari kata baik, apalagi sempurna

Sabtu, 06 September 2014

Singgah

teruslah  membeciku, hingga engkau lelah membenciku

teruslah memakiku, hingga engkau lelah memakiku

teruslah menyindirku, hingga engkau lelah menyindirku

teruslah menyalahkanku, hingga engkau lelah menyalahkanku

teruslah menghinaku, hingga engkau lelah menghinaku

teruslah kejar segala obsesimu, hingga engkau temui hakekat obsesimu

teruslah, sampai kapan akupun tak peduli



mengapa? karena :

aku sadar, aku adalah orang yang picik

aku sadar, aku adalah orang yang hina

aku sadar, aku adalah orang yang hatinya buta


teruslah, aku tak akan membencimu

teruslah, aku tak akan memakimu

teruslah, aku tak akan menyindirmu

teruslah, aku tak akan menyalahkanmu

teruslah, aku tak akan menghinamu

teruslah, aku tak akan terobsesi karenamu


Duhai Allah yang kurindu, peluk hambaMu yang hina dan picik ini
Duhai Allah yang kucinta, tuntun hamba di kegelapan ini
Duhai Allah yang kuasa, hanya kepadaMu hamba mengadukan air mata ini

Duhai Allah, jika ku harus mati, pertemukan hamba denganMu....

Duhai Al Qur'an, temani aku menjalani kisah fana ini

Kamis, 04 September 2014

ngomong sendiri

simple me, kamu sendiri yang bikin semuanya ribet.

so, keep calm,

istiqomahlah merangkai cintaNya, istiqomahin semuaaaanya,.

ingat dengan Mahkota? istiqomah yaaa. hal itu lebih dari sekedar kata bahagia.

eits, jangan suka nge judge orang lain!

yang terlihat baik belum tentu baikk

dan yang terlihat jelek belum tentu jelek

Allah yang berhak menghakimi semua, kamu bukan siapa2 me!

jalani setiap langkah ini dengan butiran cintaNya.


sajak roti oven

mungkin kamu menyalahkan aku, iya mungkin

mungkin aku memang yang salah, iya mungkin

pun bagaimana jikalau engkau yg menjadi aku,

hargai perbedaan!

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Sepasang ayah ibu menaiki panggung wisuda tahfidz Ma'had Ustmani, sudah dalam keadaan menangis. Di panggung sudah berdiri ananda yang akan di wisuda sebagai hafidzah 30 juz. Di antara yang diwisuda, ada Ibu Ismah. Sekitar 4-5 tahun yang lalu mulai menghafal Alquran. Saat beliau bertemu dengan saya saat itu baru mulai menghafal Alquran. Begitu kata gurunya, KH Effendi Anwar, pimpinan Ma'had Tahfidz Ustmani. Ibu Ismah ini, kemarin ikut diwisuda sebagai Hafidzah. Sudah menyelesaikan hafalan 16 juz. Sudah lulus tes tajwidnya juga. Kalau sekadar hafal, mungkin sudah langsung selesai 30 juz. Tapi ibu ini sekalian ngebenerin bacaan dan pemahamannya. Bu Ismah lahir pada 1952 atau 62 tahun lalu. "Saya masih semangat nuntasin hafalan sampe30 juz. Nggak apa-apa saat selesai, umur saya barangkali nanti 70 tahun," kata Bu Ismah. Bagaimana dengan kita? Sehari-harinya untuk setoran hafalan dan membenarkan bacaannya, Bu Ismah, naik angkot sebanyak empat kali bolak-balik dari Cipayung ke Condet. Di Ma'had Utsmani, Condet, wisuda 30 juz itu berat. Sebab selain benar hafalannya, juga kudu(harus) benar tajwid (bacaannya), dan sedikit memahami. Selain Bu Ismah, Ananda Afifa juga berhasil melewati itu. Saat Ananda berdiri di panggung, bersama ayah dan ibunya yang sejak awal sudah menangis duluan sebelum naik panggung. KH Effendi Anwar mengizinkan saya yang memberikan Ijazah Tahfidz. Gurunya beliau yang mengalungkan bunga. Tibalah saat yang mengharukan. Kawan-kawan Ma'had Utsmani membuat replika mahkota. Ananda Afifa mengambil mahkota tersebut dan secara santun ia memakaikan ke atas kepala ayahnya. Tangis ayah-ibu ini pecah. Ayah-ibu ini memeluk Afifa. Seperti ini nanti kejadian di Surga. Allah sendiri yang mewisuda dan memakaikan mahkota, kepada ayah-ibu yang memiliki anak seorang penghafal Alquran. Disaksikan bukan oleh manusia lagi, tapi seluruh malaikat-Nya. Adapun anak-anak penghafal Alquran, yang yatim, piatu, atau malah yatim piatu, alias tak berayah tak beribu, mereka pastinya lebih rindu lagi memakaikan mahkota penghafal Alquran untuk ayah ibu yang tak lagi berkumpul bersama mereka. Sebagian anak-anak calon penghafal Alquran yang yatim, piatu, dan yang sudah yatim piatu, tidak seberuntung Ananda Afifa yang diwisuda, tapi masih bisa disaksikan ayah ibunya langsung, sebab masih hidup. Sebagian dari anak-anak ini bahkan juga tidak mengenal dan tidak mengetahui seperti apa rupa ayah-ibu mereka. Tapi mereka tahu, Allah akan mengumpulkannya. Dan sekalian berkumpul di surga Allah. Langsung dibawakan mahkota para penghafal Alquran. Semoga kita dipilih Allah juga, selain sama-sama berjuang untuk ikutan hafal Alquran, memiliki anak-anak keturunan dan keluarga penghafal Alquran, juga semoga bisa menjadi jalan mewujudkan anak-anak yatim, piatu, dan yang yatim piatu, menyiapkan, membawa, dan mempersembahkan mahkota penghafal Alquran, untuk ayah ibu mereka. Sekarang, saatnya kita memulai. Nggak usah buru-buru, pelan-pelan saja, satu hari satu ayat, lalu istiqamah melaksanakannya. Insya Allah, 10 tahun akan hafal plus dengan maknanya. Dan Insya Allah, penghafal Alquuran akan mampu member syafaat 10 anggota keluarganya. Maman Sudiaman