Sabtu, 14 April 2012

“kuk kurru yuukk...” suara ayam seolah membangunkanku dari lelapnya tidur pagi ini. Akupun mulai beranjak dari alas tempat aku tidur yang terbuat dari anyaman andong. Korden selambu yang mulai usangpun aku buka, agar aku dapat melihat cerahnya pagi. Ah.. ternyata masih gelap. Aku tengok jam yang bersandar ditembok bambu rumahku.
 “aduh... masih jam setengah empat pagi” geramku dalam hati.
 Ah ... tak apa biar bisa bantu emak. Akupun bergegas membereskan bantal dan selimut tidurku. Aku menumpuknya. Dan kemudian aku menggulungnya bersama tikar tempat aku tidur setiap hari.

“Maman!!! Bangun!!...” suara emak berteriak untuk membangunkanku..
“Ia mak, maman sudah bangun..” sahutku
Oh ya... perkenalkan.. namaku Rohman, tapi tetangga dan saudaraku sering memanggilku dengan sebutan Maman. Aku sekarang berumur 12 tahun, dan sedang duduk di kelas 6 SD Impres sebrang kampung tempat aku tinggal. Aku mempunyai 5 saudara. Anak pertama kupanggil mbak Mimin. Karena keterbatasan biaya Mbak Mimin putus sekolah saat kelas 2 SMP. Sekarang mbak Mimin menjadi seorang pahlawan devisa negara alias TKW di Saudi arabia, sejak 4 tahun lalu. Yang kedua namanya mas Joko. Mas Joko sering membantu bapak bekerja, karena nasibnya sama dengan mbak Mimin . malahan baru duduk di kelas 5 SD mas Joko sudah berhenti sekolah. Alasanya karena Mas Joko ingin membantu Bapak bekerja buat aku dan adik - adikku. Aku sendiri anak ketiga dari emak dan Bapak, dan alhamdulillah aku masih bisa bersekolah hingga detik ini. Aku mempunyai dua orang adik, namanya Luluk dan Lana. Luluk masih bersama kami sekarang. Luluk baru berumur satu setengah tahun. Lain halnya dengan Lana. Lana sudah tidak bersama kami lagi. Karena kawatir tidak bisa merawat Lana, emakpun memberikan Lana kepada Bu Aan. Seorang rentenir kaya, namun sudah 5 tahun menikah belum juga dikaruniai seorang anak.  Sebenarnya sih emak gak tega, tapi mau gimana lagi?.
“Hidup memang pilihan”kata emak
Hujan turun dengan deras malam itu ...

“dok dok dok..” bunyi tangan yang tengah mngetuk pintu.
’’Cepetan bukak pintunya..”terdengar suara lantang yang begitu keras.
 “sepertinya suara bapak??” Geramku dalam hati. Dan perlahan aku mulai membukakan pintu untuk bapak.

 “Prok...dasar anak bodoh!!!” Tanpa sebab yang jelas bapak menggamparku, “mak..!!”seketika aku berteriak dengan menangis dan lari ketakutan untuk mencari emak.
“Ada apa man?..” emak kaget melihat aku menangis.
 Dan akupun menceritakan apa yang telah terjadi denganku dengan terbata bata. Emak yang sedang emosi mendatangi bapak. Yah.. lagi lagi pertengkaran terjadi. Bapak memang berubah sejak mbak Mimin berangkat menjadi TKW di Arab. Mungkin karena warisan yang diberikan mbah kepada bapak habis untuk membiayai mbak Mimin.  Perlu banyak uang juga untuk susu Luluk.Ah... entahlah.
 Dibawah genteng yang kerap bocor saat hujan turun inilah kami tinggal. Lantai rumahku saja terbuat dari tanah. Hidup di neraka, itulah gambaranku saat ini. sebenarnya aku sangat iri kalau melihat teman temanku bermain bersama keluarga mereka dengan bahagia. Aku merasa aku kehilangan masa kecilku. Setiap hari yang aku rasakan hanya sakit disekujur tubuhku karena lebam bekas pukulan bapak. Tak jarang bapak melampiaskan amarahnya dengan pukulan kepadaku. Hingga sekarang aku masih bertanya tanya dalam hati, mengapa bapak berubah??. Bapakku bukanlah seorang bapak penyayang anak, itulah bapak menurutku.
Besok adalah hari yang sangat penting bagi diriku dan teman2 kelas 6 SD sepertiku. Karena besok ada UASBN semalaman aku belajar dengan sungguh2. Dibawah cahaya remang lilin yang tertiup angin aku mulai memahami kembali apa yang telah diajarkan bapak dan ibu guruku. Dengan lilin karena memang didesaku belum ada listrik, kalaupun ada harus membangun sendiri, seperti PLTA sungai. Yah,. Beginilah.. bagaimana mau buat listrik kalu buat makan sehari – hari aja susah. Emak menemaniku belajar sambil menidurkan Luluk adikku. Sayang bapak tidak ada disampingku, pedih rasanya.

Malampun berlalu...
“Huh.. segarnya pagi ini”. Aku bergegas memakai seragam merah putih dan sepatu ala kadarnya untuk berangkat sekolah. Karena sekolahku berada disebrang sungai, mau gag mau aku harus mengenakan sampan agar bisa sampai sekolah. Ini sudah biasa buat aku dan anak - anak kampung di rumahku. Ujian pun berlangsung dengan tenang dan lancar. Hari demi hari pun berlalu..
“Teng – teng horre!!..” tak terasa hari demi hari ujian telah berakhir. lega rasanya.

Beberapa minggupun berlalu.....
“mak, besog yang datang ke perpisahan maman siapa mak?” tanyaku pada emak yang sedang sakit.
“mas atau bapakmu saja man...”  jawab mak dengan lirih.
“Ini mak undanganya besok, maman taruh diatas meja mak” jawabku.
Dalam hati kecilku, ingin sekali rasanya bapak yang datang.
Hari perpisahanpun datang.” Pasti mas joko yang datang mana mungkin bapak mau datang..”geramku dalam hati. Semua wali murid sudah datang, hanya mas Joko yang belum, “ah paling gak ada yang datang. ya sudahlah....” kataku. Namun sesosok pria jangkung, dengan kumis dan sebatang rokok yang tengah diisapnya datang.
“seperti bapak?” aku melihatnya lagi dan ternyata benar, itu bapak. Aku sungguh tak percaya. Hari ini seperti mimpi. Meskipun begitu bapak tetap dingin denganku, tak mau menyapaku. Aku hanya terdiam duduk disamping bapak. Aku takut. Huuh...
Waktu yang ditunggu2 datang, ya pengumuman kelulusan.
 “Dag dig dug”..
 “alhamdulillah lulus 100%. Dan ROHMAN tercatat sebagai pemegang nilai tertingi”. Namaku disebut. Bapak melihatku dan kemudian memelukku bangga. Aku hanya terdiam membisu, merasakan pelukan bapak. Aku dipanggul bapak sampai pulang. Akupun mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah gratis. Meskipun jarak sekolah baruku 10 km dari rumah, aku akan tetap semangat belajar. Demi untuk mendapatkan peluk kasih bapak untuk yang kedua kalinya. Karena I Love U Bapak.


=END=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 14 April 2012

“kuk kurru yuukk...” suara ayam seolah membangunkanku dari lelapnya tidur pagi ini. Akupun mulai beranjak dari alas tempat aku tidur yang terbuat dari anyaman andong. Korden selambu yang mulai usangpun aku buka, agar aku dapat melihat cerahnya pagi. Ah.. ternyata masih gelap. Aku tengok jam yang bersandar ditembok bambu rumahku.
 “aduh... masih jam setengah empat pagi” geramku dalam hati.
 Ah ... tak apa biar bisa bantu emak. Akupun bergegas membereskan bantal dan selimut tidurku. Aku menumpuknya. Dan kemudian aku menggulungnya bersama tikar tempat aku tidur setiap hari.

“Maman!!! Bangun!!...” suara emak berteriak untuk membangunkanku..
“Ia mak, maman sudah bangun..” sahutku
Oh ya... perkenalkan.. namaku Rohman, tapi tetangga dan saudaraku sering memanggilku dengan sebutan Maman. Aku sekarang berumur 12 tahun, dan sedang duduk di kelas 6 SD Impres sebrang kampung tempat aku tinggal. Aku mempunyai 5 saudara. Anak pertama kupanggil mbak Mimin. Karena keterbatasan biaya Mbak Mimin putus sekolah saat kelas 2 SMP. Sekarang mbak Mimin menjadi seorang pahlawan devisa negara alias TKW di Saudi arabia, sejak 4 tahun lalu. Yang kedua namanya mas Joko. Mas Joko sering membantu bapak bekerja, karena nasibnya sama dengan mbak Mimin . malahan baru duduk di kelas 5 SD mas Joko sudah berhenti sekolah. Alasanya karena Mas Joko ingin membantu Bapak bekerja buat aku dan adik - adikku. Aku sendiri anak ketiga dari emak dan Bapak, dan alhamdulillah aku masih bisa bersekolah hingga detik ini. Aku mempunyai dua orang adik, namanya Luluk dan Lana. Luluk masih bersama kami sekarang. Luluk baru berumur satu setengah tahun. Lain halnya dengan Lana. Lana sudah tidak bersama kami lagi. Karena kawatir tidak bisa merawat Lana, emakpun memberikan Lana kepada Bu Aan. Seorang rentenir kaya, namun sudah 5 tahun menikah belum juga dikaruniai seorang anak.  Sebenarnya sih emak gak tega, tapi mau gimana lagi?.
“Hidup memang pilihan”kata emak
Hujan turun dengan deras malam itu ...

“dok dok dok..” bunyi tangan yang tengah mngetuk pintu.
’’Cepetan bukak pintunya..”terdengar suara lantang yang begitu keras.
 “sepertinya suara bapak??” Geramku dalam hati. Dan perlahan aku mulai membukakan pintu untuk bapak.

 “Prok...dasar anak bodoh!!!” Tanpa sebab yang jelas bapak menggamparku, “mak..!!”seketika aku berteriak dengan menangis dan lari ketakutan untuk mencari emak.
“Ada apa man?..” emak kaget melihat aku menangis.
 Dan akupun menceritakan apa yang telah terjadi denganku dengan terbata bata. Emak yang sedang emosi mendatangi bapak. Yah.. lagi lagi pertengkaran terjadi. Bapak memang berubah sejak mbak Mimin berangkat menjadi TKW di Arab. Mungkin karena warisan yang diberikan mbah kepada bapak habis untuk membiayai mbak Mimin.  Perlu banyak uang juga untuk susu Luluk.Ah... entahlah.
 Dibawah genteng yang kerap bocor saat hujan turun inilah kami tinggal. Lantai rumahku saja terbuat dari tanah. Hidup di neraka, itulah gambaranku saat ini. sebenarnya aku sangat iri kalau melihat teman temanku bermain bersama keluarga mereka dengan bahagia. Aku merasa aku kehilangan masa kecilku. Setiap hari yang aku rasakan hanya sakit disekujur tubuhku karena lebam bekas pukulan bapak. Tak jarang bapak melampiaskan amarahnya dengan pukulan kepadaku. Hingga sekarang aku masih bertanya tanya dalam hati, mengapa bapak berubah??. Bapakku bukanlah seorang bapak penyayang anak, itulah bapak menurutku.
Besok adalah hari yang sangat penting bagi diriku dan teman2 kelas 6 SD sepertiku. Karena besok ada UASBN semalaman aku belajar dengan sungguh2. Dibawah cahaya remang lilin yang tertiup angin aku mulai memahami kembali apa yang telah diajarkan bapak dan ibu guruku. Dengan lilin karena memang didesaku belum ada listrik, kalaupun ada harus membangun sendiri, seperti PLTA sungai. Yah,. Beginilah.. bagaimana mau buat listrik kalu buat makan sehari – hari aja susah. Emak menemaniku belajar sambil menidurkan Luluk adikku. Sayang bapak tidak ada disampingku, pedih rasanya.

Malampun berlalu...
“Huh.. segarnya pagi ini”. Aku bergegas memakai seragam merah putih dan sepatu ala kadarnya untuk berangkat sekolah. Karena sekolahku berada disebrang sungai, mau gag mau aku harus mengenakan sampan agar bisa sampai sekolah. Ini sudah biasa buat aku dan anak - anak kampung di rumahku. Ujian pun berlangsung dengan tenang dan lancar. Hari demi hari pun berlalu..
“Teng – teng horre!!..” tak terasa hari demi hari ujian telah berakhir. lega rasanya.

Beberapa minggupun berlalu.....
“mak, besog yang datang ke perpisahan maman siapa mak?” tanyaku pada emak yang sedang sakit.
“mas atau bapakmu saja man...”  jawab mak dengan lirih.
“Ini mak undanganya besok, maman taruh diatas meja mak” jawabku.
Dalam hati kecilku, ingin sekali rasanya bapak yang datang.
Hari perpisahanpun datang.” Pasti mas joko yang datang mana mungkin bapak mau datang..”geramku dalam hati. Semua wali murid sudah datang, hanya mas Joko yang belum, “ah paling gak ada yang datang. ya sudahlah....” kataku. Namun sesosok pria jangkung, dengan kumis dan sebatang rokok yang tengah diisapnya datang.
“seperti bapak?” aku melihatnya lagi dan ternyata benar, itu bapak. Aku sungguh tak percaya. Hari ini seperti mimpi. Meskipun begitu bapak tetap dingin denganku, tak mau menyapaku. Aku hanya terdiam duduk disamping bapak. Aku takut. Huuh...
Waktu yang ditunggu2 datang, ya pengumuman kelulusan.
 “Dag dig dug”..
 “alhamdulillah lulus 100%. Dan ROHMAN tercatat sebagai pemegang nilai tertingi”. Namaku disebut. Bapak melihatku dan kemudian memelukku bangga. Aku hanya terdiam membisu, merasakan pelukan bapak. Aku dipanggul bapak sampai pulang. Akupun mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah gratis. Meskipun jarak sekolah baruku 10 km dari rumah, aku akan tetap semangat belajar. Demi untuk mendapatkan peluk kasih bapak untuk yang kedua kalinya. Karena I Love U Bapak.


=END=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar